Latest News

Showing posts with label Bunda Maria. Show all posts
Showing posts with label Bunda Maria. Show all posts

Sunday, 30 December 2012

Bunda Maria: yang Terbesar di antara Para Kudus?


1. Bunda Maria: yang terbesar di antara para kudus?

Gereja Katolik memang melihat kepada Bunda Maria sebagai teladan kekudusan dan kesempurnaan Kristiani, dengan kenyataan bahwa Allah sendiri berkenan memilihnya sebagai ibu yang melahirkan Kristus, Sang Putera Allah yang menjadi manusia. Tentang dasar penghormatan yang istimewa kepada Bunda Maria, sudah pernah dituliskan di sini,silakan klik.
Karena Maria dipilih untuk menjadi Bunda Allah, suatu pilihan yang tidak akan pernah terjadi lagi dalam sejarah manusia bahwa seorang manusia akan melahirkan Tuhan yang menjelma menjadi manusia, maka posisi/ peran Maria memang tidak pernah dapat disamakan oleh peran siapapun. Sebab dengan menjadi bunda Kristus Sang Kepala, maka Maria juga menjadi bunda bagi anggota-anggota Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dengan demikian Gereja menghormati Bunda Maria sebagai bundanya, dan dengan demikian Maria mengambil tempat yang istimewa di antara para orang kudus lainnya, bahkan di antara para mahluk lainnya; sebab Kristus yang dilahirkannya merupakan yang sulung dan yang utama dari segala ciptaan (lih. Kol 1:15).
Maka ringkasnya, Bunda Maria memang adalah orang kudus yang istimewa, jika dibandingkan dengan tokoh- tokoh lainnya dalam Kitab Suci, karena: 1) berkat imannya ia dipilih Tuhan untuk menjadi Bunda Allah; 2) ia dikuduskan Tuhan dan dipenuhi rahmat sehingga tidak berdosa baik dosa asal maupun dosa pribadi; 3) karena ketaatannya ia menyebabkan keselamatan bagi seluruh umat manusia; 4) dengan perannya sebagai perawan dan bunda, Maria menjadi gambaran yang sempurna bagi Gereja.
Berikut ini adalah ajaran Gereja Katolik yang menyatakan hal tersebut:
1. Konsili Vatikan II :
�Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai sungguh- sungguh Bunda Allah dan Bunda Penebus. Karena pahala putera-nya ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi. Namun sebagai keturunan Adam Ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan �ia memang Bunda para anggota (Kristus), -. Karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu�. Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta. (Lumen Gentium, 53)
Sehubungan dengan penjelmaan Sabda ilahi Santa Perawan sejak kekal telah ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah. Berdasarkan rencana penyelenggaraan ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus, dan mengatasi semua orang lain dan dengan cara yang satu-satunya menjadi sang pendamping yang istimewa dan hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita bengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrtai jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita. (Lumen Gentium, 61)
Karena kurnia serta peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya dengan Puteranya Sang Penebus, pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, Santa Perawan juga erat berhubungan dengan Gereja. Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang juga tepat disebut Bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan sebagai perawan maupun ibu.�
2. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria adalah tokoh yang kudus/ sempurna dan termurni di antara semua mahluk ciptaan-Nya, demikian:
KGK 867    Gereja adalah kudus: � Dalam orang-orang kudusnya terpancar kekudusannya; di dalam Maria ia sudah kudus secara sempurna.
KGK 64    Dengan perantaraan para nabi, Allah membina bangsa-Nya dalam harapan akan keselamatan, dalam menantikan satu perjanjian yang baru dan kekal, yang diperuntukkan bagi semua orang (Bdk. Yes 2:2-4). dan ditulis dalam hati mereka (Bdk. Yer 31:31-34; Ibr 10:16). Para nabi mewartakan pembebasan bangsa Allah secara radikal, penyucian dari segala kejahatannya (Bdk. Yeh 36), keselamatan yang mencakup semua bangsa (Bdk. Yes 49:5- 6; 53:11). Terutama orang yang miskin dan rendah hati di hadapan Allah (Bdk. Zef 2:3) menjadi pembawa harapan ini. Wanita-wanita saleh seperti Sara, Ribka, Rahel, Miriam, Debora, Hana, Yudit, dan Ester tetap menghidupkan harapan akan keselamatan Israel itu; tokoh yang termurni di antara mereka adalah Maria (Bdk. Luk 1:38).
KGK 492    Bahwa Maria �sejak saat pertama ia dikandung, dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa� (Lumen Gentium 56), hanya terjadi berkat jasa Kristus: �Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul� (Lumen Gentium 53). Lebih dari pribadi tercipta yang manapun, Bapa �memberkati dia [Maria] dengan segala berkat Roh-Nya oleh persekutuan dengan Kristus di dalam surga� dan [Allah] telah memilih dia �sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya� (Bdk. Ef 1:3-4).
KGK 493    Bapa-bapa Gereja Timur menamakan Bunda Allah �Yang suci sempurna� [panhagia]: mereka memuji dia sebagai yang �bersih dari segala noda dosa, seolah-olah dibentuk oleh Roh Kudus dan dijadikan makhluk baru� (Lumen Gentium 56). Karena rahmat Allah, Maria bebas dari setiap dosa pribadi selama hidupnya.
KGK 494    Atas pengumuman bahwa ia, oleh kuasa Roh Kudus akan melahirkan �Putera yang maha tinggi� tanpa mempunyai suami (Bdk. Luk 1:28-37), Maria menjawab dalam �ketaatan iman� (Rm 1:5), dalam kepastian bahwa �untuk Allah tidak ada sesuatu pun yang mustahil�: �Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu� (Luk 1:37-38). Dengan memberikan persetujuannya kepada Sabda Allah, Maria menjadi bunda Yesus. Dengan segenap hati, ia menerima kehendak Allah yang menyelamatkan, tanpa dihalangi satu dosa pun, dan menyerahkan diri seluruhnya sebagai abdi Tuhan kepada pribadi dan karya Puteranya. Di bawah Dia dan bersama Dia, dengan rahmat Allah yang mahakuasa, ia melayani misteri penebusan (Bdk. Lumen Gentium 56).
�Sebab, seperti dikatakan oleh Santo Ireneus, �dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia�. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati menyatakan bersama Ireneus: �Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh Perawan Maria karena imannya�. Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria �bunda mereka yang hidup�. Sering pula mereka nyatakan: �maut melalui Hawa, hidup melalui Maria�� (Lumen Gentium 56).
KGK 495    Dalam Injil-injil Maria dinamakan �Bunda Yesus� (Yoh 2:1; 19:25,Bdk. Mat 13:55 dll). Oleh dorongan Roh Kudus, maka sebelum kelahiran Puteranya ia sudah dihormati sebagai �Bunda Tuhan-Ku� (Luk 1:43). la, yang dikandungnya melalui Roh Kudus sebagai manusia dan yang dengan sesungguhnya telah menjadi Puteranya menurut daging, sungguh benar Putera Bapa yang abadi, Pribadi kedua Tritunggal Maha kudus. Gereja mengakui bahwa Maria dengan sesungguhnya Bunda Allah[Theotokos, Yang melahirkan Allah] (Bdk. DS 251).
KGK 506    Maria adalah perawan, karena keperawanannya adalah tanda imannya, �yang tidak tercemar oleh keraguan sedikit pun� (Lumen Gentium 63), dan karena penyerahannya kepada kehendak Allah yang tidak terbagi (Bdk. 1 Kor 7:34-35).Berkat imannya ia dapat menjadi Bunda Penebus: �Maria lebih berbahagia dalam menerima iman kepada Kristus, daripada dalam mengandung daging Kristus� (Agustinus, virg. 3).
KGK 507    Maria adalah perawan sekaligus bunda, karena ia adalah citra hakikat Gereja dan Gereja dalam arti penuh (Bdk. Lumen Gentium 63): Gereja, �oleh menerima Sabda Allah dengan setia pula � menjadi ibu juga. Sebab melalui pewartaan dan baptis, Gereja melahirkan bagi hidup baru yang kekal-abadi putera-putera yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun perawan, yang dengan utuh-murni menjaga kesetiaan yang dijanjikannya kepada Sang Mempelai. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya� (Lumen Gentium 64).
Nah, sekarang bagaimana dengan posisi orang kudus lainnya seperti St. Yusuf, St. Yohanes Pembaptis dan para Rasul? Sepanjang pengetahuan saya tidak ada dokumen Gereja Katolik yang secara definitif menyebutkan urutan- urutan orang kudus setelah Bunda Maria. Nampaknya tidaklah menjadi terlalu penting untuk mempersoalkan urutan tersebut, karena sebagai anggota- anggota Tubuh Kristus, setiap dari mereka mempunyai peran dan kekhususannya sendiri- sendiri.
Mengenai interpretasi Mat 11:11, di mana Yesus berkata, �Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya�, menurut keterangan dari the Navarre Bible adalah demikian:
�Dengan Yohanes Pembaptis, berakhirlah sudah Perjanjian Lama dan kita memasuki ambang Perjanjian Baru. Sang Perintis memperoleh kehormatan untuk membuka jalan bagi Kristus, dengan memberitakan Dia kepada orang banyak. Tuhan telah menugaskan kepadanya misi agung untuk mempersiapkan orang- orang sejamannya untuk mendengar Injil. Kesetiaan Yohanes Pembaptis diketahui dan diumumkan oleh Kristus. Pujian kepadanya merupakan penghargaan atas kerendahan hatinya: Yohanes, menyadari perannya, telah berkata, �Ia harus semakin besar dan aku semakin kecil.� (Yoh 3:30).
Yohanes Pembaptis merupakan yang terbesar, dalam arti bahwa ia menerima misi yang unik dan tidak tertandingi di dalam konteks Perjanjian Lama. Namun demikian, di dalam Kerajaan Surga (Perjanjian Baru) yang dimulai oleh Kristus, karunia rahmat ilahi membuat mereka yang terkecil yang dengan setia menerima rahmat itu menjadi lebih besar daripada yang terbesar menurut Perjanjian yang terdahulu. Pada saat karya penebusan kita selesai, rahmat Tuhan juga akan mencapai orang- orang benar di masa Perjanjian Lama. Dengan demikian, kebesaran Yohanes Pembaptis, Sang Perintis dan yang terakhir dari para nabi, akan disempurnakan oleh martabat diangkatnya menjadi anak Allah.�

2. Soal perutusan Maria yang dikatakan istimewa dari segala ciptaan.

Tentang hal ini Anda mengatakan, �Mengandung dan melahirkan adalah hal biasa bagi wanita itu sudah kodratnya yang diberikan Tuhan. Kalau Yusuf yang mengandung itu baru aneh. Jadi tugas sebagai ibu untuk melahirkan adalah seperti tugas Yusuf yang memberi nafkah (makan-pakaian).�
Memang benar hal mengandung dan melahirkan mungkin adalah hal biasa bagi wanita, tetapi itu jika yang dikandung dan dilahirkan adalah manusia. Kalau yang dikandung adalah Tuhan, maka menjadi sangat tidak biasa. Ini yang membuat Bunda Maria menjadi istimewa, karena yang dikandungnya adalah Yesus, yang sungguh Tuhan, walaupun Ia juga sungguh manusia.
Selain itu, Maria mengandung dan melahirkan tidak dengan campur tangan benih laki- laki, melainkan oleh Roh Kudus. Ini yang membuat Maria tidak sama dengan para wanita pada umumnya yang mengandung dengan keterlibatan benih suaminya. Dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia, Tuhan Yesus mengambil semua ciri kemanusiaan-Nya (gen, DNA, darah, sel, dst) dari Bunda Maria dan tidak sama sekali dari St. Yusuf. Dengan demikian, maka Maria memang dapat dikatakan sebagai ibu biologis dari Kristus, sedangkan St. Yusuf adalah bapa angkat Yesus (foster father) bukan bapa biologis Yesus. Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Maka, tanpa mengecilkan peran Yusuf, kita secara obyektif dapat melihat bahwa kesatuan antara Tuhan Yesus dan Bunda Maria tidak dapat disamakan dengan kesatuan antara Tuhan Yesus dan St. Yusuf. Namun demikian, Gereja Katolik tetap menghormati St. Yusuf dan banyak gereja/ paroki mengambil nama St. Yusuf sebagai santo pelindungnya.
Anda selanjutnya mengatakan, �Jadi mengandung dan melahirkan (Tuhan) bukanlah sesuatu penderitaan tetapi lebih kepada kebanggaan, demikian juga bagi Yusuf yang memberi makan pada �Tuhan� bukanlah suatu beban berat melainkan anugerah. Tentu saja kita harus menghormati keduanya, tapi kalau kita baca pengajaran dalam PB seorang istri harus menghormati suami dan bukan suami yang menghormati istri, melainkan suami harus mengasihi istri. Tentang kehilangan Putra, belum tentu seorang ibu lebih sedih daripada ayahnya, tetapi mungkin sang ayah lebih bisa mengendalikan emosinya saat kehilangan atau sebaliknya akan tetapi kalau seturut Firman dalam PB perbandingan istri kepada suami adalah seperti jemaat kepada KRISTUS.
Benar bahwa mengandung dan melahirkan Tuhan sesungguhnya bukan merupakan penderitaan tetapi kebanggaan dan anugerah. Hal ini juga disadari oleh Bunda Maria, sehingga ia mengatakan juga dalam kidung Magnificatnya, �Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku �� (Luk 1:46-49).
Namun janganlah kita lupakan pergumulan batin Maria sebelum ia mengatakan �Ya� terhadap kabar gembira malaikat, yaitu bahwa ada resiko yang cukup besar bagi Maria saat itu, karena menurut hukum Taurat, seorang perempuan yang mengandung bukan dari suaminya terancam hukuman rajam dan dipermalukan di hadapan umum (lih. Ul 22:23-24). Namun Bunda Maria percaya sepenuhnya akan rencana Tuhan sehingga ia dapat berkata, �Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.� (lih. Luk 1:38). Jangan pula dilupakan bahwa meskipun dalam keadaan rahmat dan anugerah Tuhan, Keluarga kudus (Bunda Maria, St. Yusuf dan Yesus) hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan, bahkan pernah menjadi pengungsi di Mesir. Maka kehidupan Bunda Maria dan St. Yusuf merupakan rangkaian mozaik antara kebahagiaan dan keprihatinan namun tidak membuat iman mereka menjadi luntur. Puncak penderitaan Bunda Maria yang merupakan penggenapan nubuat Simeon bahwa �sebuah pedang akan menembus jiwanya� (Luk 2:35) adalah ketika Bunda Maria berdiri di kaki salib Kristus, dan melihat bagaimana Putera-Nya disiksa sampai wafat. Kenyataan yang terpampang di hadapannya ini menjadi sangat berlawanan, bahkan sepertinya merupakan penyangkalan total dari apa yang pernah didengarnya dari malaikat, �Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi� dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.� (Luk 1:32-33). Namun Maria tetap teguh berdiri mendampingi Puteranya dengan kesetiaan seorang hamba, �Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu� (lih. Luk 1:38).
Tentang menghormati suami, itu tentu dilakukan oleh Bunda Maria terhadap St. Yusuf, sebab sebagai perempuan yang taat kepada hukum Taurat (Gal 4:4), Bunda Maria tidak mungkin melakukan sebaliknya. Namun kita juga dapat membayangkan bahwa St. Yusuf juga menghormati Bunda Maria, sebagai seseorang yang telah dipilih Tuhan untuk melahirkan Putera-Nya. Jika dikatakan dalam Kitab Suci bahwa Yusuf adalah seorang yang tulus hati (Mat 1:19), dan ketulusan hatinya ini yang memimpinnya untuk melindungi Maria (lih. Mat 1:19) dan mengikuti kehendak Tuhan yang diberitahukan kepadanya dalam mimpi; terlebih lagi setelah ia menjadi suami Maria, ia akan semakin mengenal panggilan Tuhan dalam hidupnya untuk melindungi Maria sebagai Tabut Allah, dan Putera Allah yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria.
Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan tahu bahwa keberadaan St. Yusuf disebut terakhir kali saat Yesus diketemukan dalam Allah saat berumur 12 tahun (lih. Luk 2:41-52). Tradisi Gereja mengajarkan bahwa St. Yusuf sudah lama wafat sebelum Yesus disalibkan. Maka yang menyaksikan sengsara dan wafat Yesus adalah Bunda Maria, sedangkan St. Yusuf tidak, sebab ia sudah meninggal dunia. Itulah sebabnya, karena Yesus tidak ingin ibu-Nya hidup sebatang kara sepeninggalan-Nya (karena St. Yusuf sudah wafat dan Yesus tidak mempunyai adik- adik), maka Ia memberikan Bunda Maria kepada Rasul yang dikasihi-Nya, yaitu Yohanes (lih. Yoh 19:26-27).
Akhirnya, Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa hubungan antara suami dan istri mengambil teladan dari hubungan antara Kristus dan Gereja, di mana Kristus telah menyerahkan diri-Nya baginya (lih. Ef 5:25). Sebab masing- masing dari kita sebagai anggota Gereja dipanggil kepada kesempurnaan kasih kepada Kristus, yang adalah Kepala kita; dan dalam hal inilah Bunda Maria telah menjadi teladan, sebab ia telah melakukan kesempurnaan kasih itu sepanjang hidupnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Apakah Bunda Maria sepenuhnya mengetahui rencana Allah?


Bunda Maria mengetahui bahwa Yang dikandung dalam rahimnya adalah Anak (Putera) Allah, sebab inilah yang dikatakan oleh malaikat itu kepadanya, �Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi� (Luk 1:31-32). Maka dalam hal ini, Bunda Maria mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana untuk mengaruniakan Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia, melalui penjelmaan-Nya menjadi manusia di dalam rahimnya.
Namun apakah artinya hal ini sepenuhnya, atau hal-hal apakah yang akan dialaminya sebagai akibat dari melahirkan dan membesarkan Putera Allah, belum diketahui secara mendetail oleh Bunda Maria, pada saat ia menerima Kabar Gembira dari malaikat itu. Hal ini baru terungkap sedikit demi sedikit sejalan dengan perjalanan hidupnya. Justru karena inilah, Bunda Maria menunjukkan teladan imannya, bahwa meskipun ia tidak sepenuhnya mengetahui rencana Allah sampai sedetail-detailnya, namun ia percaya dan dengan setia menjalaninya dengan penuh penyerahan diri kepada Allah.
Tak lama setelah menerima Kabar Gembira dari malaikat tentang penjelmaan Yesus Sang Penyelamat, melihat bagaimana hal itu tergenapi di dalam rahimnya, dan saat ia melahirkan Yesus di Betlehem yang disambut dengan paduan suara surgawi (Luk 2:13-15) dan penghormatan dari para majus (lih. Mat 2:11), Bunda Maria menerima kabar lainnya dari Simeon di bait Allah. Yaitu bahwa peran keibuannya harus dilalui di dalam penderitaan: bahwa pedang akan menembus jiwanya (lih. Luk 2:35). Ini nyata dalam pengungsiannya bersama bayi Yesus dan St. Yusuf ke Mesir (Mat 2:13-15) untuk menghindari pembunuhan anak-anak di Betlehem atas titah Raja Herodes. Ini suatu tanda bahwa sejak awal kehadiran Kristus di dunia, Ia sudah ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Bunda Maria dan St. Yusuf adalah orang-orang pertama yang turut mengambil bagian dalam penderitaan Yesus ini, ditolak, hidup sebagai pengungsi, dalam kemiskinan sebagai orang-orang yang tersingkirkan. Puncak penderitaan Bunda Maria yang merupakan penggenapan nubuat Simeon bahwa �sebuah pedang akan menembus jiwanya� (Luk 2:35) adalah ketika Bunda Maria berdiri di kaki salib Kristus, dan melihat bagaimana Putera-Nya dihina dan disiksa sampai wafat. Kenyataan yang terpampang di hadapannya ini menjadi sangat berlawanan, bahkan sepertinya merupakan penyangkalan total dari apa yang pernah didengarnya dari malaikat, �Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi� dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.� (Luk 1:32-33). Namun Maria tetap teguh berdiri mendampingi Puteranya dengan kesetiaan seorang hamba, �Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu� (lih. Luk 1:38). Pengosongan diri Maria inilah yang mungkin disebut sebagai pengosongan diri yang paling dalam yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia, yang oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II, sebagai �the deepest kenosis (self-emptying) in human history.� (lihat Redemptoris Mater, 18-19). Para ibu yang pernah menyaksikan anaknya meninggal dunia di depan matanya akan lebih dapat memahami betapa dalamnya duka cita Bunda Maria saat itu. Apalagi dalam hal ini, Yesus disiksa sampai wafat karena difitnah, padahal Ia tidak melakukan kesalahan sedikitpun.
Nah, maka penyingkapan rencana keselamatan Allah dalam kehidupan Bunda Maria terjadi secara bertahap; dan hal ini tidak secara penuh diketahui oleh Bunda Maria sejak awal. Di sinilah berperan ketaatan iman Bunda Maria, sebagaimana dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Redemptoris Mater:
�Ketika Keluarga Kudus kembali ke Nazaret setelah kematian Raja Herodes, di sana dimulailah kehidupan mereka yang tersembunyi dalam jangka waktu yang lama. Bunda Maria �yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana� (Luk 1:45), menghidupi sabda ini hari demi hari�.
Sepanjang tahun-tahun kehidupan Yesus yang tersembunyi di rumah di Nazaret, kehidupan Maria juga �tersembunyi bersama Kristus di dalam Tuhan� (lih. Kol 3:3) oleh iman. Sebab iman adalah suatu kontak dengan misteri Tuhan. Setiap hari Maria selalu ada di dalam kontak yang terus menerus dengan misteri yang tak terperikan dari Tuhan yang menjelma, sebuah misteri yang melampaui apapun yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Sejak menerima Kabar Gembira, pikiran Bunda Maria telah diperkenalkan kepada pembaruan yang radikal dari pewahyuan diri Tuhan dan telah menyadari misteri tersebut. Maria adalah orang yang pertama dari �mereka yang sederhana� yang tentangnya Yesus akan bersabda: �Bapa, � Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari mereka yang bijak dan pandai, dan menyatakannya kepada orang-orang sederhana� (Mat 11:25). Sebab �tak seorangpun mengenal Anak selain Bapa� )Mat 11:27). Jika demikian, bagaimana Maria dapat �mengenal Sang Putera�? Tentu saja Maria tidak mengenal Kristus sebagaimana Bapa mengenal-Nya; namun ia adalah orang yang pertama dari mereka yang tentangnya Bapa �telah memilih untuk menyatakan diri-Nya� (lih. Mat 11:26-27; 1Kor 2:11)�.
Maka Maria terberkati, sebab �ia telah percaya�, dan senantiasa percaya hari demi hari di tengah segala pencobaan dan kemalangan di masa kanak-kanak Yesus, dan lalu di sepanjang tahun kehidupan yang tersembunyi di Nazaret, di mana Ia �tunduk kepada mereka� (Luk 2:51)�. Dan ini adalah jalan di mana Maria, sepanjang tahun-tahun, hidup di dalam ke-intiman dengan misteri Putera-nya, dan melangkah maju di dalam �peziarahan iman�, sementara Yesus �bertumbuh di dalam kebijaksanaan � di hadapan Allah dan manusia.� (Luk 2:52)�
Namun demikian, ketika Yesus ditemukan di bait Allah, dan ibu-Nya bertanya, �Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?� Yesus yangberumur dua belas tahun menjawab, �Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?� Dan Penginjil menambahkan: �Dan mereka(Yusuf dan Maria) tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka� (Luk 2:48-50). Yesus menyadari bahwa �tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak� (lih. Mat 11:27); maka bahkan ibu-Nya, yang kepadanya telah dinyatakan misteri ke-Allahan-Nya secara paling lengkap, hidup di dalam keintiman dengan misteri ini hanya oleh iman! Hidup berdampingan dengan Putera-nya di bawah satu atap, dan dengan setia menjaga �persatuannya dengan Puteranya�, Maria �melangkah maju dalam peziarahan iman�, seperti yang ditekankan oleh Konsili Vatikan II. Dan demikianlah, di sepanjang kehidupan Kristus di hadapan umum (lih. Mat 3:21-35), hari ke hari digenapilah di dalam diri Maria, berkat yang diucapkan oleh Elisabet pada saat kunjungan Maria, �Terberkatilah ia yang telah percaya� (Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 17).
Semakin kita merenungkan kehidupan Kristus dan Keluarga Kudus di Nazaret, semakin kita dapat melihat teladan iman Bunda Maria, yang dalam ketaatan, kesederhanaan dan kesetiaan, menyerahkan kehidupannya ke dalam pimpinan tangan Tuhan. Kehidupannya di dunia sebagai ibu Tuhan Yesus diwarnai oleh banyak ujian dan penderitaan, namun Bunda Maria tidak beranjak dari imannya yang teguh: �Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu, ya Tuhan�, sebab ia yakin dan percaya bahwa �apa yang dikatakan Tuhan kepadanya akan terlaksana�.
Semoga, seperti Bunda Maria, kita semakin bertumbuh dalam iman hari demi hari, sebab kita percaya bahwa apa yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita yang percaya kepada-Nya, akan terlaksana.


Ditulis oleh: Stefanus Tay & Ingrid Tay
Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat. (Katolisitas.org)

Mengapa Maria Menerima Kabar dari Malaikat Gabriel dan bukan dari Allah sendiri?


Dalam Luk 1:26-31, kita mengetahui bahwa pada bulan ke enam, malaikat Gabriel pergi ke Nazaret dan bertemu dengan Maria, untuk menyampaikan Kabar Gembira bahwa ia akan melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan dinamai Yesus. Pertanyaannya adalah, mengapa yang menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria bukanlah Allah sendiri namun malaikat Gabriel? Dalam Summa Theology, III, q.30, a.2, St. Thomas Aquinas memberikan tiga alasan sebagai berikut:
Pertama, berdasarkan tingkatan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena malaikat mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari manusia, maka sudah selayaknya mereka yang tahu terlebih dahulu tentang misteri Inkarnasi, dan kemudian merekalah yang kemudian diutus untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada manusia. Kedua, bagaimana Tuhan memulihkan kodrat manusia melalui Inkarnasi. Karena wanita pertama jatuh karena godaan Iblis (malaikat yang jatuh dalam dosa), maka sudah selayaknya manusia dipulihkan dengan Kabar Gembira yang dinyatakan oleh malaikat Gabriel. Ketiga, karena Kabar Gembira disampaikan kepada seorang perawan dan keperawanan adalah berhubungan dengan kodrat malaikat, maka sungguh pantas kalau kabar gembira Inkarnasi disampaikan oleh malaikat.
Selanjutnya St. Thomas menuliskan keberatan-keberatan yang ada dan kemudian menyanggah keberatan tersebut sehingga diperoleh pengertian yang mendalam akan misteri ini.
Keberatan 1 dan tanggapannya. St. Thomas memberikan keberatan pertama dengan mengatakan bahwa wahyu kepada malaikat tertinggi selayaknya diberikan oleh Tuhan secara langsung. Dan karena Maria lebih tinggi daripada semua malaikat, maka sudah seharusnya pemberitaan akan misteri Inkarnasi ini dilakukan oleh Tuhan sendiri. St. Thomas menyanggah bahwa Bunda Allah (Bunda Maria) memang lebih tinggi dari para malaikat dalam kehormatan, karena Bunda Maria dipilih oleh Allah sendiri. Namun, dalam kehidupannya di dunia, Bunda Maria berada di bawah malaikat, sama seperti Kristus yang datang ke dunia dengan kodrat manusia, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan malaikat (lih. Ibr 2:9).
Keberatan 2 dan tanggapannya. Mengapa bukan St. Yusuf, suami Maria yang memberitahu Bunda Maria, karena seorang wanita harus bertanya kepada suaminya? (lih. 1Kor 14:34-35) Dalam paparannya, St. Thomas memberikan alasan bahwa karena Putera Allah lahir tanpa campur tangan manusia namun dengan kuasa Roh Kudus, maka sudah selayaknya bahwa Kabar Gembira ini disampaikan oleh malaikat dan bukan seorang manusia [St. Yusuf].
Keberatan 3 dan tanggapannya. Di bagian ini, St. Thomas memberikan keberatan bahwa tidak mungkin malaikat yang tidak mengerti secara penuh misteri Inkarnasi dapat memberitahu kepada Bunda Maria. Mengutip Dionysius dan Maximus dari Konstantinopel, St. Thomas mengatakan bahwa para malaikat tahu tentang misteri Inkarnasi walaupun mungkin tidak tahu secara lengkap.
Keberatan 4 dan tanggapannya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa dalam tingkatan malaikat, malaikat Gabriel menempati tingkat yang kedua dari yang paling rendah. Pandangan ini mengatakan, bahwa seharusnya yang menyampaikan misteri yang tertinggi [Inkarnasi] harus dari tingkat malaikat yang paling tinggi. Untuk menyanggah keberatan ini, maka St. Thomas mengutip St. Gregorius yang menyatakan �Adalah benar bahwa satu dari malaikat yang tertinggi harus datang, karena pesan yang dibawakannya adalah pesan yang tertinggi� (Hom. de Centum Ovibus [34 in Evang.), dan dengan demikian orang menyimpulkan bahwa malaikat Gabriel adalah malaikat yang tertinggi. Namun demikian,  St. Thomas juga menyatakan bahwa ini tidaklah berarti bahwa ia berada di tingkatan yang tertinggi dari semua, namun ia tertinggi di antara para malaikat, sehingga disebut penghulu malaikat. Maka Gereja menyebut Gabriel sebagai penghulu malaikat. St. Gregorius mengatakan bahwa �mereka yang memberitakan hal-hal yang tinggi disebut penghulu malaikat.� (De Centum Ovibus 34). Karena itu ia disebut yang tertinggi dari para penghulu malaikat. Lebih lanjut, St. Gregorius memberikan arti nama dari Gabriel yang berarti �kekuatan Allah�. Pesan Inkarnasi layak disampaikan dengan �kekuatan Tuhan�, sebab Allah Tuhan yang berkuasa di surga akan datang untuk mengalahkan kuasa jahat.

Ditulis oleh: Stefanus Tay & Ingrid Tay
Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat. (Katolisitas.org)

Saturday, 29 December 2012

Apa itu devosi kepada Bunda Maria?


Apa itu devosi kepada Bunda Maria?

Devosi menurut St. Franciskus dari Sales adalah �kesigapan dan kegairahan hidup rohani, yang melaluinya kasih bekerja di dalam kita, ataupun kita di dalamnya, dengan cinta dan kesiapsiagaan; dan seperti halnya kasih memimpin kita untuk menaati dan memenuhi semua perintah Tuhan, maka devosi memimpin kita untuk menaati semua itu dengan segera dan tekun�. maka devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih, bahkan perbuatan- perbuatan yang tidak diharuskan, tetapi hanya dianjurkan ataupun disarankan.�[1]


Dengan demikian, devosi merupakan ungkapan kasih untuk memenuhi semua perintah Tuhan. Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita.
Namun demikian, penghormatan kepada Bunda Maria tidak dapat disamakan dengan penghormatan kita kepada Tuhan. Gereja Katolik membedakan antara penyembahan dan penghormatan, berdasarkan ajaran St. Agustinus:[2]
1. Latria (penyembahan, �worship/ adoration�) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
2. Dulia (penghormatan, �veneration�) yang ditujukan kepada:
- Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyperdulia)
- Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penghormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.
Kata latria dan dulia ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas.
1. Penyembahan/ Latria, nyata pada perintah pertama dalam kesepuluh Perintah Allah, yaitu untuk menyembah Allah saja dan jangan ada allah lain yang disembah selain Dia (Kel 20: 1-6). Penyembahan kepada Allah dengan sujud menyembah disebutkan dalam 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:7; 1 Mak 4:55.


2. Penghormatan/ Dulia, nyata pada penghormatan para saudara Yusuf kepada Yusuf (lih. Kej 42:6) dan Yusuf yang sujud sampai ke tanah menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12). Demikian pula, Nabi Natan sujud ke tanah menghormati Daud (1 Raj 1: 22); Absalom sujud ke tanah menghormati ayahnya Daud (2 Sam 14:33). Tentu mereka ini bukan menyembah berhala, namun menghormati orang tua sesuai perintah Tuhan.


3. Penghormatan �Dulia relatif� ini misalnya saat Musa membuat ular dari tembaga yang dipasangnya di sebuah tiang, dan siapa yang memandang patung ular itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14).  Dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menyuruh orang Israel �memandang ke atas� ular tembaga tersebut agar disembuhkan; sedangkan pada Perjanjian Baru (PB), siapa yang memandang Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan percaya kepada-Nya, akan disembuhkan dari dosa. Tentu dalam PL, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati/ memandang ke atas ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu, yang merupakan gambaran Kristus yang kelak dinyatakan dalam PB.


Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37), di mana di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua. Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: �Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel�.� (Yos 7:6).


Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.
Maka penghormatan yang diberikan kepada seseorang karena keistimewaannya tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Penghormatan macam ini diberikan juga dalam kejuaraan- kejuaraan, seperti dalam olimpiade, academy award, atau juga dalam sekolah- sekolah yang menghargai murid-murid yang berprestasi. Terhadap Bunda Maria, penghormatan kita menjadi istimewa, karena tak ada seorangpun dalam sejarah manusia yang mempunyai peran seperti Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, yaitu sebagai Bunda yang melahirkan Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dengan keistimewaannya ini, Maria layak menerima penghormatan istimewa, yang disebut sebagaihyperdulia.
Selanjutnya, terdapat perbedaan cara penyembahan/ latria dan penghormatan/ dulia. Penyembahan tertinggi/ latria ini diwujudkan dalam Misa Kudus/ perayaan Ekaristi, yaitu doa Gereja yang disampaikan dalam nama Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Penghormatan/ dulia kepada Maria dinyatakan misalnya dalam doa- doa rosario, novena, nyanyian, baik sebagai doa pribadi ataupun kelompok. Sedangkan penghormatan dulia relatif terlihat jika umat Katolik berlutut saat berdoa di depan patung Yesus dan patung Bunda Maria, karena yang dihormati bukan patungnya, tetapi pribadi yang diwakilkannya, yaitu Tuhan Yesus, dan Bunda Maria.

Dasar Kitab Suci:

  • Kel 20: 1-6; 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:6; 1 Mak 4:55 : Latria
  • Kej 42:6; Kej 48:12; 1 Raj 1: 22; 2 Sam 14:33: Dulia
  • Bil 21:8-9; Yoh 3:14: Dulia relatif
  • Kel 20:12: Hormatilah ayah ibumu
  • Yoh. 19:26-27: Yesus memberikan Bunda Maria agar menjadi ibu bagi murid- murid-Nya.
  • Luk 1:28: Salam Maria, Hail, full of grace
  • Luk 1:42: Maria Bunda Allah
  • Luk 1:48: Segala keturunan akan menyebut Maria berbahagia
  • Luk 11:27: Berbahagialah ibu yang telah mengandung Yesus �

Dasar Tradisi Suci:

  • Julius Africanus (160-240)
    �Kemuliaanmu besar; sebab engkau ditinggikan di atas semua perempuan yang terkenal, dan engkau dinyatakan sebagai ratu di atas segala ratu.� (Julius Africanus,Events in Persia: on the Incarnation of our Lord and God and Saviour Jesus Christ,http://www.newadvent.org/fathers/0614.htm)
  • St. Gregorius dari Neocaesarea (213-275)
    �Maka dengan lemah lembut, rahmat membuat pilihan terhadap Maria yang murni, satu- satunya dari semua generasi �. (St. Gregorius dari Neocaesarea, Four Homilies, The First Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary,http://www.newadvent.org/cathen/07015a.htm)
  • Doa Sub Tuum Presidium (250 AD), yaitu doa penghormatan kepada Bunda Maria, Bunda Allah, yang kepadanya jemaat memohon pertolongan:
    We fly to your patronage,We fly to your patronage,
    O holy Mother of God,
    despise not our petitions
    in our necessities,
    but deliver us from all dangers.
    O ever glorious and blessed Virgin.
  • St. Basil Agung (329-379)
    ��. bahwa Maria yang suci, yang melahirkan-Nya� adalah Ibu Tuhan. Aku mengakui juga para rasul yang suci, para nabi dan para martir; dan memohon kepada mereka untuk memohon kepada Allah, bahwa melalui mereka, melalui pengantaraan mereka, Tuhan yang berbelas kasih dapat mendengarkan aku�. Karena itu juga, aku menghormati dan mencium gambar- gambar mereka, seperti halnya yang diturunkan dari para rasul yang kudus, dan tidak dilarang, melainkan ada di dalam semua gereja- gereja kita.� (St. Basil the Great, Letter 360. Of the Holy Trinity, the Incarnation, the invocation of Saints, and their Images).
  • St. Ephrem dari Syria (wafat 373)
    Lagu hymne karangan St. Efrem tentang kelahiran Tuhan �juga hampir sama menyanyikan lagu pujian kepada Bunda Perawan� (Bardenhewer, Sermons on Mary II)
  • St. Epiphanus (403)
    �Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah. Tak seorangpun boleh menyembah Maria.� (St. EpiphanusHaer 79,7)

Dasar Magisterium Gereja:

  • Konsili Efesus (431) dan Konsili Chalcedon (451):
Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Allah (De fide)
  • Dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, 66:
    66. (Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan)
    �Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar �Bunda Allah�; dan dalam perlindungannya umat beriman memperoleh perlindungan dari bahaya serta kebutuhan mereka.� Terutama sejak Konsili di Efesus kebaktian Umat Allah terhadap Maria meningkat secara mengagumkan, dalam penghormatan serta cinta kasih, dengan menyerukan namanya dan mencontoh teladannya, menurut ungkapan profetisnya sendiri: �Segala keturunan akan menyebutku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya besar padaku� (Luk 1:48). Meskipun kebaktian itu, seperti selalu dijalankan dalam Gereja, memang bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus�.. Dengan ungkapan-ungkapan itu, bila Bunda dihormati, Puteranya pun � yang melalui-Nya segala sesuatu diciptakan (lih. Kol 1:15-16), dan yang di dalamnya Bapa menghendaki agar seluruh kepenuhan-Nya berdiam (Kol 1: 19), � dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, serta perintah-perintah-Nya dilaksanakan.�
  • �Dalam konteks ini, istilah devosi digunakan untuk menggambarkan praktek eksternal (doa-doa, lagu- lagu pujian, pelaksanaan suatu kegiatan rohani yang berkaitan dengan waktu- waktu atau tempat- tempat tertentu, insignia, medali, kebiasaan- kebiasaan). Dihidupkan oleh sikap iman, praktek- praktek tersebut menyatakan hubungan yang khusus antara umat beriman dengan Pribadi Allah [Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus] atau kepada Perawan Maria yang terberkati, dalam hak- hak istimewanya tentang rahmat dan segala sebutannya yang mengekspresikan keistimewaan tersebut, atau dengan para Santo/a di dalam konfigurasi mereka dengan Kristus atau di dalam peran mereka di dalam kehidupan Gereja.� (Cf. COUNCIL OF TRENT, Decretum de invocatione, veneratione, et reliquiis Sanctorum, et sacris imaginibus (3. 12. 1563), in DS 1821-1825; Pius XII, Encyclical Letter Mediator Dei, in AAS 39 (1947) 581-582;Sacrosanctum Concilium 104; Lumen Gentium 50)
  • Maria, Bunda Allah, dihormati secara khusus, dengan istilah Hyperdulia (Sententia certa- lih. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 215)

Dasar penghormatan umat Katolik: Maria adalah Bunda Allah dan Hawa yang baru ( Bgn 1 )



Dasar penghormatan umat Katolik: Maria adalah Bunda Allah dan Hawa yang baru ( Bgn 1 )

Jadi dasar penghormatan umat Katolik kepada Bunda Maria adalah, karena Tuhan telah terlebih dahulu memilihnya sebagai Bunda Allah; sebab Kristus yang dikandung dan dilahirkannya adalah Allah. Itulah sebabnya di dalam Kitab Suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah (lih. Luk 1:43, 35, Gal 4:4). Jika kita merenungkan bagaimana malaikat Tuhan menyapa Bunda Maria pada saat ia memberitakan kabar suka cita, kita akan melihat betapa Allah sendiri -melalui malaikat utusan-Nya- menghormati Maria, dengan menyapanya, 'Hail, full of grace/ Salam, hai engkau yang dikaruniai' (Luk 1:28).

Kata aslinya menurut Vulgate adalah kecharitomene, yang lebih tepat untuk diterjemahkan sebagai 'Salam, hai engkau yang penuh rahmat'. Sapaan semacam ini tidak pernah ditujukan kepada tokoh manapun di dalam Alkitab. Dan kata 'penuh rahmat' ini menjadi salah satu dasar yang dipandang oleh para Bapa Gereja untuk mengatakan bahwa sudah sejak awal hidupnya dalam kandungan ibunya, Maria sudah dipenuhi dengan rahmat Allah. Oleh karena tugas yang diembannya sebagai Bunda Allah, maka Maria dibebaskan dari noda dosa.
Nah, selanjutnya, karena Maria adalah Bunda yang melahirkan Kristus Sang Hidup (Yoh 14:6), yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33), maka Bunda Maria juga secara tidak langsung berperan serta dalam memberikan Hidup kepada dunia.[1]. Dengan demikian, Maria menyempurnakan arti kata 'Hawa' yang artinya ibu dari segala yang hidup'mother of the living'/ ibu dari segala yang hidup. Maria adalah Sang Hawa yang baru, yang daripadanya lahir Sang Hidup, yang memberikan hidup yang kekal. Maka peran Maria sebagai Hawa yang baru mendukung peran Kristus sebagai Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21). Rasul Paulus membandingkan Adam dengan Kristus, pada saat mengatakan bahwa oleh ketidaktaatan satu orang [Adam], semua orang telah jatuh dalam kuasa maut; dan karenanya oleh ketaatan satu orang [Kristus] semua orang beroleh hidup yang kekal. Mengambil prinsip yang sama, St. Irenaeus (180) membandingkan Hawa dengan Maria sebagai Hawa yang baru, 'Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria.


Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.-[2] Ikatan ketidak-taatan di sini maksudnya adalah belenggu dosa yang mengikat manusia karena ketidaktaatannya kepada Allah. Harus diakui bahwa meskipun Adam juga berdosa, namun dosanya ini dilakukan setelah Hawa terlebih dahulu jatuh dalam dosa ketidaktaatan kepada kehendak Allah. Oleh karena itu, pada saat penebusan dosa, 'obat penawar'-nya adalah kondisi sebaliknya, yaitu diawali dengan ketaatan Bunda Maria, sang Hawa yang baru, kepada kehendak Allah (lih. Luk 1: 38); sehingga Kristus sebagai Adam yang baru dapat datang ke dunia oleh ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa (lih. Ibr 10:5-7).


Oleh karena ketaatan Maria inilah, Tuhan Yesus menjelma menjadi manusia di dalam rahim Maria dan kemudian dilahirkan olehnya; sehingga Maria layak disebut Bunda Allah. Dengan melahirkan Kristus, Maria juga dapat disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus sebagai Kepala selalu berada dalam kesatuan dengan Gereja yang adalah anggota- anggota-Nya yang memperoleh hidup di dalam Dia. Oleh karena itu, para Bapa Gereja tak ragu untuk mengatakan bahwa Maria adalah 'bunda mereka yang hidup' dan mengkontraskannya dengan Hawa, dengan menyatakan 'maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.' Dan inilah yang diajarkan kembali dalam Konsili Vatikan II saat menjabarkan hubungan antara Maria dengan Gereja.[3]
Perlu kita ketahui di sini bahwa para Bapa Gereja tidak mengartikan suatu gambaran dalam Kitab Suci dengan satu arti saja, melainkan dengan banyak arti yang memperkaya makna keseluruhan yang ingin disampaikan. Maka tidaklah menjadi masalah bahwa Maria yang adalah Bunda Kristus, kemudian juga disebut sebagai Hawa Baru, yang dalam konteks Adam yang baru, adalah mempelai-Nya. Semua gambaran ini adalah untuk menjabarkan makna persatuan antara Kristus dan Gereja yang adalah mempelai-Nya, di mana Maria menjadi anggotanya yang istimewa, karena ia telah terlebih dahulu dipilih Allah untuk melahirkan Kristus.
CATATAN KAKI:
  1. lih.Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 53 [?]
  2. St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24 [?]
  3. Lihat Lumen Gentium 56, S. Ireneus, 'dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia' Maka ' para Bapa zaman kuno, ' menyatakan bersama Ireneus: 'Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya' Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria 'bunda mereka yang hidup'. Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: 'maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.' [?]
  4. John R Willis, S.J. ed., The Teachings of the Church Fathers, Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi asli Herder and Herder, New York, 1966 h. 356 [?]
  5. John 2:4, RSV Bible, �Woman, what have you to do with me? My hour has not yet come.� Diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia, �Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.� [?]
  6. John 19:26-27, RSV Bible, �When Jesus saw his mother, and the disciple whom he loved standing near, he said to his mother,�Woman, behold, your son!� Then he said to the disciple, �Behold, your mother!� diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, �Ibu, inilah anakmu!� Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: �Inilah ibumu!� [?]
  7. Rev 12:1-2 RSV Bible, �Then God�s temple in heaven was opened, and the ark of his covenant was seen within his temple�. And a great portent appeared in heaven, a woman clothed with the sun, with the moon under her feet, and on her head a crown of twelve stars�. Terjemahannya: Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu �. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuanberselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. [?]
  8. Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18 [?]
  9. lih. Paus Pius XII, Konstitusi Apostolik, Munificentissimus Deus, 39 [?]
  10. Paus Pius XII, Munificentissimus Deus, 40, lihat juga definisi dari dogma Maria diangkat ke surga yang disebutkan oleh dokumen yang sama, alinea 44: ��. dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, dan dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan menentukan hal ini sebagai dogma yang diwahyukan Tuhan: bahwa Bunda Tuhan yang tidak bernoda, Maria yang tetap Perawan, setelah menyelesaikan tugas nya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.� [?]
  11. lih. Lumen Gentium 62 [?]
  12. lih. Lumen Gentium, 63 [?]
  13. Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32 [?]
  14. St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f [?]
  15. St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) [?]
  16. Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum [?]
  17. Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7 [?]
  18. Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8 [?]



Source : katolisistas.org Renungan Iman

Karena Maria adalah �Bunda Allah� dan �Hawa yang baru�, ia tidak pernah terpisah dari Kristus dan Gereja ( Bgn 2 )


Saat kejatuhan Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan akan mengutus Sang Penyelamat yang akan lahir dari keturunan �sang perempuan�/ �the woman� (Kej 3:15). Menurut para Bapa Gereja,  kata �perempuan� yang dimaksud di sini bukanlah Hawa, tetapi Hawa yang baru (�the New Eve�). Hal ini sudah menjadi pengajaran Gereja sejak abad ke-2 oleh Santo Yustinus Martir, Santo Irenaeus dan Tertullian, yang lalu dilanjutkan oleh Santo Agustinus.[4]
Sayangnya, memang dalam terjemahan bahasa Indonesia, pada ayat ini dikatakan �perempuan ini�, seolah-olah menunjuk kepada Hawa, namun sebenarnya adalah �the woman� (bukan this woman) sehingga artinya adalah sang perempuan, yang tidak merujuk kembali ke lakon yang baru saja dibicarakan. �Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.� (Kej 3:15) Ungkapan�woman� ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru, misalnya pada mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4),[5] dan di kaki salib Yesus, saat Ia menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26).[6] dan di wahyu kepada Rasul Yohanes (Why 11:19-12:1-).[7]  Pada tiga kesempatan tersebut, Sabda Tuhan mau menunjukkan bahwa Maria adalah �sang perempuan� yang telah dinubuatkan Allah pada awal mula dunia, yang akan berada dalam permusuhan dengan setan dan bahwa keturunannya akan mengalahkan setan (lih. Kej 3:15).  Perempuan yang dimaksud di sini adalah Maria, berdasarkan kata �permusuhan� itu. Kata tersebut mempunyai pengertian �sesuatu yang berlawanan total�. Ini berarti, tidak tepat jika kita mengartikan bahwa perempuan itu adalah Hawa. Kita tahu bahwa Hawa dan ular (setan) tidaklah berlawanan total, karena Hawa telah berbuat dosa. Maka perlawanan total hanya mungkin terjadi jika perempuan yang dimaksud tidak berdosa. Kalau kita mengatakan bahwa perempuan itu adalah Hawa dan dia harus melawan ular (setan), maka tentu Hawa bukanlah lawan yang seimbang bagi setan, karena setelah berdosa, justru Hawa semakin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan setan. �Perempuan itu� hanya menjadi lawan seimbang bagi setan dan berlawanan secara total dengan setan, kalau perempuan itu telah dipersiapkan oleh Allah sedemikian sehingga ia tidak berdosa. Ini sejalan dengan nubuat Kitab Yesaya,�Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (�virgin�= perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.� (Yes 7:14) Maka menjadi masuk akal dan benar, bahwa anak laki- laki itu adalah Kristus yang disebut Imanuel (lih. Mt 1:23). Dengan demikian, perempuan itu adalah Bunda Maria. Pemahaman di atas dan banyak tulisan Bapa Gereja mengajarkan bahwa �perempuan itu� yang disebut dalam Kej 3:15, memang sesungguhnya mengacu kepada Bunda Maria.
Di sinilah terlihat betapa gambaran yang dinyatakan samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama, kemudian digenapi di dalam Perjanjian Baru. Seperti halnya Kristus dengan ketaatannya sebagai Adam yang baru mematahkan ikatan dosa Adam, Maria dengan ketaatannya mematahkan ikatan dosa Hawa. Oleh ketaatan Maria, Kristus menjelma menjadi manusia di dalam tubuhnya. �Fiat� dari Maria, menjadi awal terbentuknya Tubuh Yesus atas kuasa Roh Kudus di dalam rahimnya; dan Ia mengambil apapun untuk pertumbuhan tubuh jasmaniNya dari tubuh Maria. Selanjutnya, Gereja yang adalah Tubuh Kristus, dibentuk oleh Yesus dari darah dan air yang keluar dari sisi/ lambung-Nya, serupa dengan dibentuknya Hawa dari sisi/ tulang rusuk Adam. Dengan demikian, terlihatlah betapa tak terpisahkannya hubungan antara Yesus, Maria dan Gereja. Walaupun Kristus dilahirkan oleh Maria, namun tidak menjadikan Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala Tubuh (Kepala jemaat) adalah Kristus (Kol 1:18; Ef 5:23). Dengan demikian, Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang �mendahului� anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi.
Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan dari Gereja; sehingga ia bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, yaitu Bunda umat beriman. Setidaknya ada dua alasan mengapa demikian. Yang pertama adalah karena Bunda Maria menempati tempat terdepan dalam perjalanan iman; dan yang kedua adalah karena sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus sendiri memberikan Bunda Maria kepada kita, murid- murid yang dikasihi-Nya.



CATATAN KAKI:
  1. lih.Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 53 [?]
  2. St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24 [?]
  3. Lihat Lumen Gentium 56, S. Ireneus, �dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia� Maka � para Bapa zaman kuno, � menyatakan bersama Ireneus: �Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya� Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria �bunda mereka yang hidup�. Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: �maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.� [?]
  4. John R Willis, S.J. ed., The Teachings of the Church Fathers, Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi asli Herder and Herder, New York, 1966 h. 356 [?]
  5. John 2:4, RSV Bible, �Woman, what have you to do with me? My hour has not yet come.� Diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia, �Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.� [?]
  6. John 19:26-27, RSV Bible, �When Jesus saw his mother, and the disciple whom he loved standing near, he said to his mother,�Woman, behold, your son!� Then he said to the disciple, �Behold, your mother!� diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, �Ibu, inilah anakmu!� Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: �Inilah ibumu!� [?]
  7. Rev 12:1-2 RSV Bible, �Then God�s temple in heaven was opened, and the ark of his covenant was seen within his temple�. And a great portent appeared in heaven, a woman clothed with the sun, with the moon under her feet, and on her head a crown of twelve stars�. Terjemahannya: Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu �. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuanberselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. [?]
  8. Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18 [?]
  9. lih. Paus Pius XII, Konstitusi Apostolik, Munificentissimus Deus, 39 [?]
  10. Paus Pius XII, Munificentissimus Deus, 40, lihat juga definisi dari dogma Maria diangkat ke surga yang disebutkan oleh dokumen yang sama, alinea 44: ��. dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, dan dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan menentukan hal ini sebagai dogma yang diwahyukan Tuhan: bahwa Bunda Tuhan yang tidak bernoda, Maria yang tetap Perawan, setelah menyelesaikan tugas nya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.� [?]
  11. lih. Lumen Gentium 62 [?]
  12. lih. Lumen Gentium, 63 [?]
  13. Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32 [?]
  14. St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f [?]
  15. St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) [?]
  16. Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum [?]
  17. Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7 [?]
  18. Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8 [?]

Source : katolisistas.org Renungan Iman