Latest News

Showing posts with label Kesaksian. Show all posts
Showing posts with label Kesaksian. Show all posts

Tuesday, 25 June 2013

Kesaksian : Didik Nini Thowok

Sosok Didik Nini Thowok adalah sosok yang lekat dengan tarian humoris. Membawakan karakter perempuan dan gerak-gerak tarian yang " diplesetkan", Didik selalu berhasil membuat penontonnya tertawa terpingkal-pingkal. Setelah puluhan tahun belajar seni tari dari berbagai daerah, antara lain Jawa, Sunda, Bali, dan Jepang, kini Didik berhasil memadukan semua gaya itu menjadi tarian dengan gayanya sendiri yang khas dan humoris. Dengan kemampuannya itu Didik meraih sukses sebagai penari yang melintas batas budaya dan negara.

Penampilannya yang selalu mengundang kegembiraan itu tidak hanya dapat dinikmati di atas panggung tapi juga dalam hidup kesehariannya. Tawa renyah yang selalu dihadirkannya seolah membuat orang tidak percaya bahwa iapun pernah menderita. Padahal sebenarnya kehidupan lelaki kelahiran Temanggung, 13 November 1954 itu tidak tergolong berkelimpahan.

Terlahir sebagai Kwee Tjoen Lian yang kemudian diganti menjadi Kwee Yoe An karena sakit-sakitan, ia sulung dari lima bersaudara pasangan Kwee Yoe Tiang dan Suminah. Keluarga besarnya hidup pas-pasan. Ayahnya pedagang kulit sapi dan kambing yang bangkrut dan kemudian menjadi supir truk.

Ibunya membuka warung kelontong kecil-kecilan. Begitu seret rejeki keluarga ini sampai-sampai Didik kecil harus ikut bekerja membantu orang tuanya.

Meski dari segi materi tumbuh dalam keluarga yang berkekurangan tetapi Didik kecil selalu berkelimpahan dengan kasih sayang. Dalam kesempitan materi, ia menikmati masa kecilnya dengan bekerja, belajar, dan menonton berbagai kesenian, ketoprak, ludruk, dan wayang yang akhirnya mengasah rasa seninya.

Di masa itu, Didik bukan hanya belajar bekerja keras tapi juga belajar bersabar. Sejak kecil ia memang suka membawakan tarian yang lemah gemulai seperti perempuan, karena itu ia diejek oleh orang-orang sekitarnya, "Kamu ini anak laki-laki apaan sih? Kok menarinya seperti perempuan?".

Setiap kali diejek, ia menjadi sangat sedih. Ia hanya bisa diam, tidak membalas dan tidak mengadu pada orang tuanya. Ia hanya berdoa sambil menangis, "Tuhan, aku marah tapi aku tidak akan membalasnya. Aku yakin Kamulah yang akan membalaskannya untukku." Setelah itu, iapun menjadi lega dan malah lebih semangat berlatih menari. Baru bertahun-tahun kemudian doanya itu terjawab.

Dari pengalaman hidup, perlahan-lahan iapun memahami bahwa semua hal yang membuatnya sedih, kemiskinan, dan penghinaan hanyalah cara Tuhan mengajaknya bercanda. Ia menjadi yakin Tuhan tidak akan membuatnya sengsara sehingga ia lebih tenang dan pasrah menghadapi berbagai persoalan. Pemahamannya ini merupakan buah pengasuhan orang tua dan kakek neneknya yang cukup disiplin. Pendidikan dan kasih sayang mereka menjadikannya pribadi yang setia dalam doa, tegar, suka bekerja keras, dan berperasaan halus.

Semasa kuliah di ASTI ( Akademi Seni Tari Indonesia ), ketika Didik mulai mendapat honor dari pertunjukan dan melatih menari, ia ingin sekali membeli sepeda motor supaya tidak kelelahan mengayuh sepedanya kesana kemari. Sejak itu ia betul-betul berhemat. Setelah uangnya terkumpul Rp 200.000, ia sangat gembira, motor yang diidamkan terbayang di depan mata. Tiba-tiba ia teringat ibunya. Bergegas ia pulang ke Temanggung dan mendapati perut ibunya membesar karena kanker. Dengan uang Rp 200.000 itu, ia segera membawa ibunya ke Yogyakarta untuk dioperasi. Operasi itu berhasil baik dan ibunyapun sehat kembali. Didik sangat bahagia, tak secuilpun rasa kecewa menghinggapinya karena belum bisa mendapatkan sepeda motor. Bagi dia kesehatan dan kebahagiaan ibunya diatas segala harta yang bisa ia punya. Ia memahami, saat itu Tuhan memang hanya mencandainya karena selang beberapa tahun, Didik bukan hanya bisa membeli sepeda motor tapi bahkan mobil dan rumah.

Sedari kecil dengan berbagai cara Didik belajar bersyukur dan berdoa. Ia suka ikut kakeknya yang beragama Konghucu berdoa di kelenteng dan neneknya yang Kristen ke gereja. Kini ia adalah pengikut Kristen Protestan yang taat. Ia mengakui bahwa ia adalah laki-laki yang cengeng (mudah menangis) setiap kali berdoa. Sebenarnya ia ingin sekali rajin ke gereja tapi kesibukan yang sangat padat membuatnya sering tidak punya kesempatan untuk melaksanakannya setiap minggu. Untuk itu setiap ada kesempatan ia mengundang pendeta untuk mengadakan persekutuan doa di rumahnya. Dalam persekutuan doa itulah ia selalu terharu dan menangis saat memberi kesaksian akan kebesaran Tuhan yang telah ia alami.

Salah satu kesaksiannya adalah tentang rahasia kesuksesannya. Dengan mantap ia mengatakan " Ora et Labora ", dalam segala kesibukan saya selalu berdoa, dimanapun. Setiap kali akan manggung, saya selalu menyediakan waktu untuk berkonsentrasi, kemudian berdoa Syahadat Para Rasul, Bapa Kami dan Salam Maria dari buku doa pemberian Suster Leonie, kakak angkat saya. Tak lupa saya juga selalu mohon restu pada semua guru-guru tari saya yang telah almarhum.

Selama bertahun-tahun Didik sungguh-sungguh merasakan bahwa doa adalah kekuatan di balik semua kesuksesannya. Keyakinan ini membuatnya tidak berani sombong." Saya mengakui, ketika menari seolah-olah ada kekuatan di luar diri yang ikut menggerakkan dan menghiasi tubuh saya. Saya yakin, kekuatan saya sendiri tidak akan mampu menyelenggarakannya tetapi kekuatan itulah yang menjadikan tarian yang saya bawakan terlihat begitu indah dan memberi kegembiraan bagi banyak orang".

Menurut pengakuannya sudah ada banyak orang yang mengamini hal itu. Mereka bilang, ketika menonton Didik menari, mereka melihat pancaran aura yang sama sekali lain dari kesehariannya. Misalnya, dalam suatu pertunjukan seorang ibu melihat ada burung merpati mengelilingi Didik menari. Setelah pertunjukan rampung, ia langsung menelepon Didik menyatakan kekagumannya, " Proficiat, Mas! Tarianmu benar-benar indah, apalagi ada burung merpatinya ". Kaget juga Didik menerima komentar itu karena sebenarnya ia sama sekali tidak menggunakan burung merpati dalam tariannya itu.

Dalam suatu perjalanan ke luar negeri, tas Didik yang berisi passport, uang, kamera, dan dokumen berharga lainnya ketinggalan di kereta api.
Menurut staf KBRI yang dilaporinya tidak ada harapan tas akan kembali. Tentu saja Didik shock, tidak bisa makan dan tidur, tapi selang 2 hari setelah kejadian ia ditelepon oleh staf KBRI bahwa tasnya telah ditemukan. Ajaib juga, setelah diperiksa semua isinya utuh, ini pasti karena buku doa kumal pemberian Suster Leonie ada di dalamnya, Didik hanya bisa tertawa bahagia. Lagi-lagi Tuhan mengajaknya bercanda.

Dalam hidup Didik, ada begitu banyak mukjizat yang telah dibuat Tuhan. Dulu Didik masih berdebar-debar dan menangis sedih setiap kali menghadapi persoalan, tapi kini ia benar-benar tenang dan pasrah. Bagi Didik, Tuhan sering kali memberinya hadiah-hadiah yang tak terduga dan membuatnya bahagia. Pernah pada suatu tur kebudayaan di Eropa, karena perubahan jadwal yang tak terduga, ia tiba-tiba punya kesempatan berziarah ke Vatikan dan berdoa di Gereja St. Petrus dengan khusyuk, ia juga sempat ke Gunung Monserrat untuk mengunjungi Patung Bunda Maria Hitam.

Itulah Didik Nini Thowok yang kesuksesannya tak bisa dilepaskan dari ketekunannya berdoa. Semakin ia berdoa, semakin ia meyakini bahwa Tuhanlah satu-satunya kekuatan dalam hidupnya. Dengan demikian, ia tetap tidak sombong. Didik tetap hidup dengan sederhana di rumahnya yang sederhana di Jl. Jatimulyo, Yogyakarta, di pinggir sungai yang ditinggalinya sejak tahun 1980-an.

Kini, setelah semua cita-cita masa kecilnya terwujud, ia hanya ingin bersyukur dan bersyukur. Untuk itu ia berbagi kebahagiaan dengan mendirikan yayasan yang menyantuni biaya pendidikan 60 anak. Dan di usianya yang ke-50, kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia boleh mengasuh seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aditya Awaras Hadiprayitno, setelah menantikan selama bertahun-tahun.
Menjadi saksi kebesaran Tuhan atas dirinya, ia hanya bisa berkata, "Saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Bahkan sekarang tidak ada lagi yang bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan memang selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir, sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu lagi apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, Tuhan itu suka bercanda."

Sumber: http://artikel.sabda.org

Sunday, 2 June 2013

Kesaksian Sammy: Jangan Pernah Gantikan Keluarga dengan Teman

Tampil dengan semangat dan motivasi yang baru terpapar dari aura mantan punggawa band Kerispatih, Sammy Simorangkir. Kehadirannya pada konferensi pers konser "The Creator" kakak kandungnya Sari Simorangkir, membuat banyak pemburu berita yang datang terkejut, apalagi setelah dikonfirmasi bahwa Sammy akan menjadi penyanyi pendukung pada konser pujian yang sedianya akan dilaksanakan hari ini Kamis 14 April 2011 di Tenis Indoor Senayan Jakarta.

Kontan saja usai konferensi pers usai Sammy langsung dikerubuti para wartawan dengan serbuan pertanyaan yang didominasi dengan kehidupannya pasca bebas dari hukuman penjara atas kasus narkobanya. Sammy pernah kehilangan motivasi untuk bernyanyi usai dirinya dipecat dari band Kerispatih. Namun ketika dirinya menyadari bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah rencana Tuhan, dirinya pun kuat menghadapi itu semua. "Puji Tuhan saya mulai banyak belajar dari kehidupan masa lalu.Saya sempat putus asa dan ngga mau nyanyi lagi. Tapi berkat Tuhan saya bangkit kembali."

Saat ditanya mengenai relasinya saat ini dengan Badai Kerispatih, Sammy pun bercanda dengan sedikit menyindir namun serius. "Dari dulu saya berteman dengan badai, angin topan, tsunami. Tapi yang namanya badai pasti berlalu," selorohnya yang disambut dengan gelak tawa para pemburu berita.

Sammy memandang bahwa peran Keluarga sangat membantunya menghadapi setiap cobaan yang datang. "Keluarga adalah segalanya. dulu saya pernah percaya jika teman adalah segalanya. Namun ketika kita jatuh hingga menjadi sampah, teman terdekat pun tidak akan mengulurkan tangannya untuk membantu. Namun Keluarga pasti menolong kita. Jadi jangan pernah gantikan keluarga dengan teman!" tegas penyanyi yang mempunyai nama lengkap Hendra Samuel Simorangkir itu.

Sumber: www.jawaban.com

Thursday, 2 May 2013

Kesaksian: Tak Diperhatikan Orang Tua, Duma Riris Simpan Dendam

Anda mungkin pernah mendengar nama Duma Riris Silalahi. Ia adalah  wakil dari Sumatera Utara dalam ajang Puteri Indonesia 2007. Pada ajang ini, wanita yang akrab dipanggil Duma ini menyabet gelar Runner Up 1 Putri Indonesia 2007. Wanita kelahiran Balige, 20 September 1983 tersebut adalah anak ketiga dari enam bersaudara, dan menjadi anak tengah ternyata memiliki derita tersendiri baginya.

�Anak tengah itu biasanya tidak diperhatikan,� tutur Duma kepada Solusi Life. �Mungkin yang paling diperhatikan itu anak pertama atau akhir. Tapi ngga bisa disalahin juga, karena kita enam bersaudara, jadi mungkin mereka ngga bisa ngebagi kasih sayang mereka sama. Walaupun kalau ditanya mereka akan menjawab, �Sama kok, kita sayang semuanya.� Cuman yang aku rasain itu sebagai anak tengah kurang diperhatikan. Sampai belajar membaca saja, mama atau papa ngga pernah ngajarin, tapi bisa sendiri. Positifnya aku jadi anak yang mandiri. Kalau adik aku harus diajarin, aku mengerjakan PR sesusah apapun, kalau aku masih bisa sendiri, aku ngga akan minta tolong.�

Selain kurang diperhatikan, yang lebih menyakitkan lagi bagi Duma, ia merasa dibedakan dari kakak-kakaknya.

�Kadang dibedain dengan kakakku yang paling besar, Mungkin dia dibelikan dua baju, aku cuma satu. Atau aku turunan dari dia, misalnya dia udah gede, terus bajunya dikasih ke aku. Dia dibelikan yang baru. Yang kayak gitu, sebagai anak kecil akan kritis. Pada saat itu aku berpikir, �Kok mama-papa kaya gitu sih? Aku dikasih yang sisa-sisa� Kenapa sih aku ngga diperhatiin? Kenapa sih kalau pembagian sesuatu aku selalu yang paling sedikit..?� Hal itu menimbulkan dendam aja sama orang tua aku. Benci banget, sampe itu yang diinget terus sama aku. Kadang-kadang aku nangis diem-diem, walaupun sebenernya aku masih sayang sama mereka.�

Rasa sakit hati ini dirasakan Duma sejak ia masih kecil hingga bertumbuh remaja. Tapi suatu hari, saat Duma duduk di bangku SMA langkahnya menuntun dirinya kepada sebuah perubahan hidup.

�Saat itu aku SMA dan ketemu dengan sebuah persekutuan. Aku minta ijin sama orangtua kalau aku mau ikutan disitu. Waktu itu kebaktiannya setiap hari Jumat. Saat itu aku suka dengan ayat yang berbunyi, �Serahkanlah segala kekuatiranmu, sebab Dia yang memelihara kamu.� Setiap kali aku kuatir tidak dikasih yang sepantasnya, aku cuma mikir kalau aku punya Tuhan. Di SMA ini aku bisa benar-benar ngga dendam lagi. Aku juga benar-benar minta maaf sama Tuhan. Begitu aku mulai hidup baru aku, aku sudah ngga dendam lagi. Benar-benar ajaib, aku ngga benci lagi tapi malah sayang. Dari biasanya aku nuntut, �Bajunya beliin juga dong..!� Hati aku jadi lapang gitu, �Udah, ngga apa-apa sama kakak aja.� Itu ngga pura-pura, tapi benar-benar datang dari hati.�

Apa sebenarnya yang menjadi dasar perubahan sikap hati Duma ini?

�Disitu (persekutuan) aku benar-benar ngerti kalau orang Kristen itu harus menerima Yesus secara pribadi. Kalau dulu aku Kristen, ya Kristen.. Dan aku ngga tahu Kristen itu apa sih sebenarnya. Untuk masuk sorga itu sebenarnya harus gimana sih? Itu ngga pernah diajarin. Disitu (persekutuan) aku bertumbuh. Aku jadi orang yang lebih baik. Pribadinya juga lebih baik, sehingga bisa mengampuni dan hidupku jadi lebih bahagia serta lebih bersyukur,� demikian Duma menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 28 Desember 2010 dalam acara Solusi Life di O�Channel)

Sumber Kesaksian:
Duma Riris Silalahi (jawaban.com)

Friday, 12 April 2013

Kesaksian: Nasib Anak Papua di Metropolitan

Edo Kondologit hanya seorang pemuda asal Papua (Irian Jaya), tepatnya desa Klapot Sorong. Lahir dari keluarga miskin 5 Agustus 1967, sangat akrab dengan kehidupan alam bebas karena hanya hutan, rawa, pegunungan, dan sungai yang mengelilinginya. Tidak sedikitpun terbayang akan kota besar, apalagi Jakarta yang selama ini hanya dikenalnya lewat gambar-gambar. 

Di Sorong, ia bertemu dengan seorang purnawirawan TNI yang melatihnya menjadi pelari dengan medan Sorong yang bergunung-gunung. Ia diajak pindah ke Jakarta agar dapat dilatih dan dipersiapkan menjadi pelari yang handal dan dapat mengikuti kejuaraan-kejuaraan lari. Namun sayang, ia tidak berhasil dan menyebabkannya memiliki niat untuk pulang dan tidak menjadi atlet lari. Tapi ia tidak memiliki ongkos untuk pulang, dan ia mulai berfikir mencari serta mengumpulkan uang agar bisa pulang. 

Edo Kondologit mulai dengan menjadi kuli bangunan. Ia mengangkat batu, mengaduk pasir, dan sebagainya dengan penghasilan yang sangat minim. Dari tukang bangunan, ia berpindah menjadi seorang satpam di daerah Kelapa Gading Jakarta Utara. Ia mulai menjadi seorang pemimpin yang punya kuasa atas keamanan di lingkungan perumahan. Setelah menjadi satpam perumahan, ia pindah ke sebuah kafe di Jakarta. Selain menjadi satpam, ia juga menjadi seorang petugas kebersihan di kafe itu, semua pekerjaan dilakukan dngan penuh semangat dan tanpa ada rasa terpaksa, ia belajar untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. 

Waktu senggangnya selalu digunakan bernyanyi memuji nama Tuhan, Ia memang suka menyanyi sejak kecil. Saat menyanyi dirasakannya suka cita yang mendalam, sehingga ia memiliki semangat yang tinggi menjalani kehidupannya di kota metropolitan. Ia sangat menikmati pekerjaannya, termasuk saat bernyanyi untuk menghibur teman-temannya. Banyak teman-temannya bilang suaranya bagus dan sangat terhibur oleh lagu-lagu yang dilantunkannya. Tidak terpikir baginya untuk menyanyi sebagus mungkin, sampai ada saran dari temannya untuk menyumbangkan lagu di kafe. 

Sejak itu ia mulai menyanyi di kafe itu, ia menyanyi untuk menghibur orang tanpa peduli apakah dibayar atau tidak. Edo Kondologit mulai sering mengikuti lomba-lomba menyanyi, dan atas dorongan teman-temannya tahun 1992 ia mengikuti audisi peserta Asia Bagus yang diadakan di Singapura. Dari 30 peserta hanya 5 yang terpilih dan ia salah satu diantaranya. Ia sangat senang, dan berangkat ke Singapura untuk mengikuti audisi itu. 

Setelah Asia Bagus, ia mendapat berbagai kesempatan menjadi backing vocal penyanyi-penyanyi terkenal seperti Ermi Kulit, Ruth Sahanaya, dan artis lainnya. Ia mendapat banyak kesempatan untuk berkeliling ke berbagai tempat mengiringi berbagai macam show. Bukan hanya penyanyi Indonesia yang mengakui kemampuannya, tetapi penyanyi lainpun mulai melihat potensinya sebagai backing vocal. Oleh Erwin Gutawa, pada bulan Desember 1992 ia memperoleh kesempatan menjadi backing vocal dari seorang penyanyi profesional Malaysia yang mengadakan konser terbesarnya. 

Banyak hal yang tak pernah dipikirkannya terjadi dan disediakan Tuhan padanya. Terus ia berusaha menggali potensi yang dimilikinya, menghayati setiap lagu yang dinyanyikannya sebagai satu kenikmatan. Ia selalu berharap kepada Tuhan dalam menghibur banyak orang. Orag tuanya selalu membimbingnya untuk beriman dan berpengharapan kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan, sehingga walaupun tengah mengalami kesukaran, ia tetap teguh dan beriman pada Tuhan. Edo Kodologit tidak mau putus asa menjalani setiap halangan dalam hidupnya, kini ia bisa menikmati hasil yang mungkin baru sebagian kecil dari apa yang Tuhan telah sediakan dalam hidupnya. 

Setelah sekian lama mengadu nasib di metropolitan, akhirnya ia boleh menikmati sedikit hasilnya dan boleh berdiri di Rumania untuk menerima penghargaan atas usahanya yang tidak kenal lelah. Hidup masipanjang, harapan keluarga dan hidupnya masih banyak yang harus diwujudkan dengan tetap berharap pada Tuhan. Berbagai festival diikutinya untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Pada bulan Agustus 1999, Ia mampu menembus Voice of Asia International Song Festival di Kazakhtan mewakili Indonesia sebagai juara pertama dari 21 peserta. 

Berkat Tuhan tidak pernah berkesudahan, akhirnya pada tahun 1996 ia meminang seorang gadis cantik berkulit putih sebagai istrinya. Bahkan sekarang sudah memiliki seorang putri cantik yang telah berusia 2 tahun, buah kasihnya bersama istri tercinta. Tuhan tetap mempercayakan perkara yang besar dalam hidupnya, karena tahun 2004 ini ia diberi kepercayaan melakukan rekaman album solo yang dilakukan di Jepang. Rekaman yang dilakukan ini dikontrak dan didstribusikan oleh sebuah perusahaan di Jepang dan mendapat sambutan yang sangat hangat. 

Edo Kondologit menyadari, semua yang didapatnya adalah atas berkat dan kasih karunia Tuhan, dan ia menyadari apa yang diperoleh tidak datang dengan sendirinya tetapi melalui proses yang sangat panjang. Sebagai ungkapan syukur, ia selalu memberikan diri dalam pelayanan bagi umat Tuhan, baik perkataan, perbuatan dan segala ucapan hanya untuk kemuliaan Tuhan. 

Sumber:  http://kesaksian.sabda.org/nasib_anak_papua_di_metropolitan

Thursday, 21 March 2013

Kesaksian Bertha (Istri Robby Sugara): Penantian yang Panjang

Langit rasanya runtuh menimpa saya saat peristiwa itu. Bukan saya saja yang terpukul, tapi anak-anak saya juga. Mereka yang dulunya periang menjadi pemurung, hampir tiap hari saya dipanggil ke sekolah, menangani dampak dari kesedihan mereka yang dalam.

Perekonomian keluarga yang sudah sangat sulit menjadi ambruk sama sekali. Sementara anak-anak harus tetap sekolah dan makan. Berbagai usaha saya lakukan, yang penting halal, walaupun ada perasaan sedih dan malu karena memikul nama suami saya. Tapi saya tutup telinga karena bagaimanapun saya tetap harus menghidupi ketujuh anak saya. Walaupun harus berhemat luar biasa sehingga beberapa tahun kami harus bergelap-gelapan karena saat malam kami mengandalkan lilin. Itu karena kami tidak mampu membayar listrik.

Kesedihan saya yang terbesar karena ketakutan saya akan masa depan anak-anak saya. Pergaulan dan teman-teman saya banyak yang mengalami kehancuran rumah tangga seperti ini, dan semua anak-anaknya menjadi hancur menyedihkan. Sedih sekali, jangan sampai hal itu juga terjadi pada anak-anak saya.

Tapi saya tahu, saya tidak boleh terus bersedih dan merenungkan nasib saya. Karena kalau saya goyah, bagaimana anak-anak saya bisa bertahan. Untuk itu, saya harus menunjukan bahwa saya kuat, agar mereka bisa bertahan.

Pada saat-saat tertentu, seperti saat bermain, mereka bisa langsung berhenti bermain dan berlari mencari saya, menangis dengan sedihnya menyatakan betapa ia merindukan papinya. Saat makan bersama, anak saya bisa mendadak berhenti dan menangis dengan sedihnya, "Aduh Mama ... aduh ... tolong aku ... aku rindu ... aku rindu sekali dengan Papi ... bagaimana Mama...?!" Sebagai seorang ibu, apa yang harus saya lakukan menghadapi hal seperti itu?

Dalam kepedihan seperti itu, saya membawa anak-anak mengenal Tuhan. Hasilnya sekitar satu tahun kemudian, anak saya yang paling tua sering mengajak saudara-saudaranya bergandengan tangan, menyanyikan pujian penyembahan, dan berdoa. Saat mereka berdoa, saya menjadi begitu terharu, bangga, dan bahagia. "Tuhan kami mengampuni Papi kami karena ia tidak tahu apa yang diperbuatnya. Ampunilah juga perempuan yang mengambil Papi, berilah suami yang baik untuknya dan kembalikan Papi kami."

Sebelas Tahun Kemudian

Satu saat telepon berbunyi, ternyata telepon dari Robby. Robby selalu memanggil saya Etha. Robby mengatakan hal ini kepada saya, "Halo Etha, ini aku. Etha, aku mau pulang dan kembali ke rumah. Kamu bersabar yah, aku mau menyelesaikan semua masalah di sini. Aku pasti akan kembali padamu dan anak-anak!" Setelah suami saya Robby berbicara seperti itu, suatu perasaan sayang, perasaan cinta sepertinya mulai timbul dan saya rasakan kembali.

Satu tahun lewat, dua tahun lewat, tiga tahun lewat. Tapi ayahnya belum juga pulang sesuai janjinya. Anak saya yang pertama selalu membeli hadiah untuk kado ulang tahun papinya, menyiapkannya untuk papinya saat ia pulang. Dan ia tidak mau membuka kado-kado itu, meskipun papinya tidak kunjung pulang.

Priscila, putri saya menyatakan kerinduannya akan ayahnya, mewakili saudaranya, "Kami bertemu Papi hanya pada waktu Natal lalu saja, itu pun tidak bisa setiap tahun. Di saat itu, kami baru bisa melepas rasa kangen dan rindu. Kami benar-benar gunakan waktu untuk jalan bareng dan bercanda dengan Papi. Tapi, hanya di saat itu saja kami memunyai waktu dengan Papi."

Petronela, putri sulung Robby sungguh merindukan kehadiran ayahnya.

"Begitu bertemu Papi semua perasaan sakit di dada rasanya langsung hilang begitu saja. Tapi begitu Papi mau pergi lagi, aku memeluk Papi, rasanya sayang untuk melepas Papi pergi lagi. Kerinduanku akan Papi besar sekali. Kalau aku merasa kurang puas, aku biasanya akan tulis di diari atau di bukuku. Aku akan tulis: 'Papi, aku kangen banget sama Papi. Kok Papi nggak merasa apa yang aku rasain sih? Aku sungguh kangen Papi!'. Aku selalu menulis tulisan itu berulang-ulang dengan kata-kata yang sama."

Suatu hari pada bulan Januari 1998, Robby berjanji untuk kembali ke rumah pada tanggal sekian. Anak-anak menanti ayah mereka kembali ke rumah hingga jauh malam. Di saat dini hari menjelang, doa-doa Bertha beserta anak-anaknya selama empat belas tahun akhirnya berbuah; jawaban Tuhan pun datang. Jam dua pagi ada ketukan di pintu. Anak-anak membuka dan ternyata Robby kembali .... Anak-anak bersuka cita sekali. Mereka memeluk papi mereka, saya sendiri terharu melihatnya.

Petronela: "Kita semua menangis, semua sakit di dada terlepas, Tuhan angkat."

Priscila: "Saya tidak bisa ngomong apa-apa lagi, yang ada cuma tangis!"

Tuhan memulihkan hati saya dan hati Robby. Luar biasa ...! Hubungan kami lebih daripada masa pacaran. Saat ini saya merasakan satu kebahagiaan yang luar biasa. Kami tahu bahwa Tuhanlah yang memberikan kebahagiaan dan sukacita yang kami alami saat ini. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, suami saya yang rasanya sudah mustahil untuk kembali, empat belas tahun kemudian bisa pulang lagi. Terus berdoa dengan sungguh dan berharap pada Tuhan Yesus; asal kita percaya dan bertekun, semua mungkin terjadi.

Sumber: http://kesaksian.sabda.org/penantian_yang_panjang

Sunday, 24 February 2013

Kesaksian : George Frederick Handel

Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.
Mazmur 145:14

George Frederick Handel mungkin adalah komponis yang namanya tidak seterkenal Mozart atau Beethoven. Namun Anda semua pasti mengenal lagu �Halleluyah�, atau lebih tepatnya opera �The Messiah�. Lagu ini adalah masterpiece Handel. Seorang penulis biografi Handel menulis, "karya tersebut akan tetap menjadi karya terbesar dalam sejarah penggubahan lagu/musik. Mungkin untuk selamanya". 

Handel sebenarnya sudah mulai terkenal sejak usia 8 tahun. Sejak usia itu ia sudah mahir bermain organ dan pernah tampil di depan Pangeran Frederick III dari Berlin. Bahkan kota-kota besar di Eropa juga pernah disambanginya. Namun nama besar bukanlah jaminan. Karena situasi, Handel kehabisan uang, nyaris bangkrut dan antusias penonton tak lagi berpihak padanya. Itu makin diperparah oleh kesehatannya yang semakin memburuk (terkena stroke hingga tangan kanannya lumpuh). Meski akhirnya bisa disembuhkan, Handel memutuskan untuk pensiun dari dunia musik yang telah membesarkannya.

Empat bulan setelah konser perpisahannya, seorang bernama Charles Jennings memberikan sebuah buku musik kepada Handel. Buku itu ditulis berdasarkan kehidupan Yesus. Tak disangka ternyata buku itu mampu mengubah hidup Handel. Ia pun menulis karya-karyanya lagi. Kreativitasnya mengalir terus menerus selama 21 hari tanpa henti dan dalam waktu tiga minggu itu, ia berhasil merampungkan �Messiah� setebal 260 halaman, dengan bobot karya yang tak tertandingi.

Nama besar Handel sempat menjadi contoh sebuah kegagalan. Namun itu bukanlah penghambat untuk seseorang kembali bangkit dan menjadi sukses. Gagal bukanlah aib, kita bisa berkali-kali gagal, namun apakah kita bisa bangkit lagi atau tidak itu intinya. Mungkin sekarang kita sedang terpuruk akibat sesuatu yang kita lakukan atau alami. Namun dari situ, bukan mustahil akan muncul karya masterpiece kita. Asalkan kita berani untuk memulai lagi dan siap menanggung risiko, sukses tentu akan bisa diraih.

Terpuruk tidaklah buruk, berani bangkit akan melejit

Thursday, 24 January 2013

Kesaksian Robby Sugara : Dipulihkan untuk Memulihkan

Tahun 1984, industri perfilman Indonesia jatuh, membuat saya harus mencari cara lain untuk tetap mendapatkan penghasilan. Teman saya mengajak untuk berbisnis. Kami kemudian membuka sebuah perusahaan, dengan harapan nama Robby Sugara sebagai direkturnya bisa menjadi hoki dan menarik banyak transaksi bisnis. Tetapi harapan perusahaan itu akan menghasilkan keuntungan besar ternyata tidak terwujud. Waktu berjalan, perusahaan malah menyedot aset pribadi saya untuk membayar gaji karyawan dan biaya-biaya lain dalam menjalankan perusahaan setiap bulannya. Keadaan finansial saya semakin terjepit, menghidupi seorang istri dan 7 orang anak sungguh sulit karena saya tidak memiliki pendapatan, justru pengeluaran sangat besar untuk keluarga dan perusahaan. Di tengah krisis tersebut, rekan bisnis saya mengenalkan saya dengan seorang wanita, yang menurutnya memiliki koneksi dan relasi bisnis luas sampai ke pejabat tinggi dan keluarga Cendana pada waktu itu.

Rekan saya berharap dengan nama besar saya sebagai artis dan wajah ganteng bisa membuat wanita itu tertarik memberikan banyak bisnis besar pada kami. Harapannya terkabul, wanita itu langsung tertarik pada saya. Bahkan bukan hanya urusan bisnis saja, hubungan pribadi kami semakin hari menjadi semakin dekat dan keluarga semakin terabaikan. Nama besar, masalah perusahaan, dan menafkahi keluarga menjadi beban yang sangat berat bagi saya, yang saya rasa sudah tidak sanggup lagi untuk menanggungnya. Dan tanpa pikir panjang lagi, saya memutuskan untuk meninggalkan istri dan 7 orang anak saya yang masih kecil-kecil (yang paling bungsu berusia 9 bulan), untuk menanggalkan beban saya. Bagaimana nanti anak-anak saya makan, di mana mereka akan tinggal, dan bagaimana mereka akan bersekolah? Saya sudah tidak peduli lagi, hanya satu yang saya pikirkan saat itu, yaitu kebebasan dan kesenangan yang akan saya dapatkan.

Saya pergi jauh dari Jakarta saat itu, meninggalkan semuanya memulai hidup baru bersama wanita itu. Kami membuka usaha rumah penginapan di pinggir pantai, juga berbisnis batu mulia. Usaha itu berjalan sangat baik, sehingga dari hasilnya kami dapat jalan-jalan keluar negeri setiap tahunnya. Selama lebih dari 10 tahun saya tidak tahu-menahu mengenai keluarga saya, saya tidak tahu sama sekali mengenai anak-anak saya, apakah mereka masih hidup, apakah mereka masih makan, apakah mereka masih bersekolah, saya tidak tahu sama sekali. Dalam segala kelimpahan yang saya miliki, saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbagi dengan anak-anak saya dan membantu kehidupan mereka.

Dalam satu kesempatan, saya bertemu dengan mereka semua. Mereka sudah besar-besar sehingga saya hampir tidak lagi mengenali mereka. Hati saya seperti teriris-iris saat mengetahui mereka dengan susah payah berhasil bertahan sepeninggalan saya. Mereka semua masih bersekolah, bahkan ada yang sudah menyelesaikan sekolahnya dan mulai bekerja.

Apa yang telah saya lakukan, tidak ada satu pun andil saya dalam kehidupan mereka. Tapi yang membuat saya semakin tersentuh adalah tidak ada satu pun dari kata-kata kebencian dari mereka, kata-kata menyalahkan saya yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak pernah menyinggung mengapa saya begitu tega menelantarkan dan meninggalkan mereka. Waktu yang ada dimanfaatkan benar-benar oleh mereka untuk melepaskan kerinduannya, yang ada saat itu hanya sukacita luar biasa karena pertemuan itu. Hanya satu kata permintaan yang mereka ucapkan dalam pertemuan itu, "Papi, pulang ...." Sebuah kata sederhana, namun sangat sulit untuk saya kabulkan. Seseorang bisa dengan mudah terjerumus dalam perselingkuhan, hanya semenit ia sudah terikat dalam perselingkuhan, namun sangat sulit kalau bisa dibilang tidak mungkin untuk lepas dari jerat perselingkuhan.

Tapi setelah pertemuan itu, saat-saat kami bertemu terus mengganggu saya. Begitu indah dan tidak dapat terganti apa pun. Begitu berlimpahnya hidup saya, namun tidak dapat menggantikan momen-momen yang indah bersama dengan mereka. Kerinduan saya untuk dapat terus bersama dengan mereka semakin lama semakin besar, hingga membuat saya tidak berdaya, hanya mampu berdoa, "Tuhan, persatukan saya kembali dengan mereka." Dalam pertemuan berikutnya, dalam haru saya berkata pada mereka, "Papa janji akan pulang...." Sebuah janji yang saya tidak tahu bagaimana saya mewujudkannya. Ternyata janji itu menyalakan kembali harapan mereka yang hampir padam, anak-anak terus dengan gencar mendoakan kepulangan saya. Setiap tahun mereka membeli hadiah khusus untuk saya, pada hari ulang tahun putri saya yang sulung, karena mereka pikir saya akan memberi kejutan pulang pada hari ulang tahun mereka. Tapi apa yang terjadi, saya tidak pulang. Mereka tidak putus harapan, berdoa lagi, lalu membeli kado lagi khusus buat saya, siap menghadapi kejutan kepulangan saya. Hal itu terjadi setiap tahun, tahun demi tahun, mereka menanti, dan selalu saya kecewakan.

Januari 1998, peristiwa yang dinanti-nantikan mereka pun terjadi, saya dipulangkan oleh wanita itu, bahkan diantar sampai ke depan rumah saya pada tengah malam. Saya tidak pernah bertemu dengannya lagi sejak saat itu. Peristiwa pemulangan saya itu menunjukkan bukan kuat gagah saya melepaskan diri dari jerat itu, tapi itu semata-mata karya Tuhan yang ajaib. Bukan saya yang berusaha dan pulang sendiri meninggalkan semua kenikmatan duniawi itu, melainkan mukjizat Tuhan yang memulangkan saya. Peristiwa itu disambut sukacita luar biasa oleh anak-anak saya, penuh haru dan kerinduan. Walaupun istri saya tidak merespons kepulangan saya, saya memakluminya. Selama 14 tahun kami terpisah, dan setelah semua kejahatan yang saya lakukan padanya, ia butuh waktu untuk menerima saya lagi. Saya tahu bahwa Tuhanlah yang menguasai hati keluarga saya, untuk mau menerima orang yang telah sekian lama menyakiti hati mereka, tidaklah mungkin jikalau bukan karena campur tangan Tuhan. Mereka diberikan-Nya kebesaran hati dan kasih untuk dapat menerima saya lagi. Kalau bukan karena campur tangan Tuhan, itu tidak mungkin.

Setelah kembalinya saya ke rumah, semuanya tidak selesai begitu saja. Saya menghadapi sebuah pergumulan baru. Saya harus mengambil lagi beban yang saya tinggalkan, yaitu menghidupi keluarga saya. Saya tidak punya apa-apa sama sekali saat pulang pada mereka. Hanya membawa satu kantong plastik kecil berisi baju kotor. Saya memutar otak, bagaimana mendapatkan penghasilan. Kemudian saya mulai menghubungi teman-teman lama saya dalam dunia film, berharap nama besar Robby Sugara pada masa lalu masih bisa dijual saat ini. Saya menanti-nanti, tidak juga ada jawaban. Sampai akhirnya Tuhan tegur saya, agar saya tidak mengandalkan kekuatan saya, melainkan mengikuti jejak anak-anak saya yang hanya mengharapkan Tuhan untuk memulangkan saya. Saya menyadarinya, dan meminta ampun kalau saya masih mengandalkan nama besar. Dan menyerahkan sepenuhnya, segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan.

Tidak lama kemudian, jawaban Tuhan datang, saya mendapat peran dalam sebuah sinetron yang masih terkenal sampai saat ini, yaitu "Tersanjung". Setelah sinetron itu berkat Tuhan mengalir, hingga saya boleh diizinkan menyelesaikan puluhan judul sinetron. Saya sungguh rindu untuk melayani Tuhan, namun pelayanan saya sering kali terhambat dengan jadwal syuting yang sering berubah-ubah. Bila saya sudah dijadwalkan untuk bersaksi pada sebuah tempat, mendadak jadwal syuting juga berubah dan bentrok dengan jadwal melayani. Dengan sangat terpaksa saya harus mengikuti syuting karena sudah terikat kontrak. Hal ini membuat saya takut untuk menerima pelayanan kesaksian, takut saya mengecewakan jemaat yang mengundang, karena saya tidak bisa datang, bentrok dengan jadwal syuting yang berubah.

Saya berdoa pada Tuhan akan kerinduan besar saya untuk melayani Dia, dan keadaan pekerjaan saya saat itu. Pada sebuah sinetron yang saya perankan berjudul "Cintailah Aku", saya melihat judul dari sinetron itu memakai huruf besar untuk tulisan AKU. Saya percaya, ini adalah sebuah tanda dari Tuhan, agar saya melayani Dia sepenuhnya. Agar saya betul-betul mencintai hanya Dia seorang, meninggalkan segala sesuatunya, dan menyerahkan seluruh pemeliharaan hidup saya dalam tangan-Nya. Maka saya memutuskan untuk meninggalkan dunia keartisan, dan terjun sepenuhnya kepelayanan. Sungguh sebuah sukacita dapat melayani Tuhan Yesus yang telah memulihkan hidup dan keluarga saya. Orang bertanya, lalu dari mana saya memenuhi kebutuhan materi keluarga. Saya hanya tersenyum, Tuhan Yesus pasti mencukupi segala sesuatunya. Saya sudah melihat dan merasakan kebaikan-Nya, Ia selalu mencukupkan apa yang saya butuhkan, terpujilah nama-Nya.

Sumber : VOICE Indonesia, Edisi 88, Tahun 2007

Tuesday, 25 December 2012

Kesaksian Iman Kristen : Francis Jane Crosby

Francis Jane Crosby terlahir normal pada tanggal 24 Maret 1820. Ketika masih berusia enam minggu, dia menderita infeksi di matanya. Lalu ada seorang yang mengaku-aku sebagai dokter yang mencoba-coba mengobati mata Fanny. Dia meletakkan semangkuk bubur panas di atas kelopak matanya. Akibatnya mata Fanny justru menjadi buta.

Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny meninggal dunia. Untuk menghidupi keluarga, Ibunya lalu bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Fanny kecil dititipkan pada neneknya. Dengan sabar, sang nenek mendidik Fanny kecil. Dia sering membacakan Alkitab dan menjelaskan iman Kristen pada Fanny. Ketika Fanny merasa sedih karena tidak bisa bermain seperti anak-anak lain, neneknya lalu mengajarkan cara berdoa pada Tuhan.

Selain itu, ada juga seorang wanita kaya bernama Ny. Hawley yang membantu Fanny menghapal Alkitab. Fanny mampu menghapal kitab Taurat, Injil, Amsal, Kidung Agung dan Mazmur. Kemampuan menghapalnya ini membuat orang lain terkagum-kagum, tetapi Fanny merasa biasa saja. Meski begitu, dia merasa bersyukur sebab dengan kebutaaannya ini malah membuatnya gampang untuk menghapal. Fanny tidak pernah merasa sedih karena kebutaannya ini. Bahkan ketika masih berusia delapan tahun, dia menulis puisi:

Oh, aku anak yang sangat berbahagia,
meskipun tidak bisa melihat!
Aku memutuskan bahwa di dunia ini,
aku akan berpuas hati!
Banyak berkat kunikmati,
yang tidak orang lain dapati!
Untuk menangis atau berduka karena aku buta,
Aku tak akan melakukannya.

Pada usia 12 tahun, Fanny bersekolah di Institut untuk Orang Buta di New York. Dia lalu mengajar di tempat itu sambil terus menulis puisi. Pada tahun 1858, Fanny menikah dengan Alexander van Alstine, seorang pemain organ terkenal di New York. Fanny sendiri sebenarnya juga pandai bermain harpa dan piano. Beberapa tahun kemudian, Fanny diminta penerbit buku "Bigelow and Main" untuk menulis 3 lagu setiap minggu, yang akan dimuat dalam terbitan untuk Sekolah Minggu.
Hingga meninggal Fanny telah menulis 9000 himne. Banyak lagu ciptaannya yang digemari banyak orang dan menjadi abadi. Sampai kini, orang-orang Kristen masih sering menyanyikan lagu-lagu ciptaannya, seperti "Blessed Assurance"(Kuberbahagia, Yakin Teguh)," "All the Way My Savior Leads Me"(Di Jalan 'Ku Diiring), "Pass Me Not, O Gentle Savior"(Mampirlah, dengar Doaku) " Safe in the Arms of Jesus" (S'lamat di Tangan Yesus), "Jesus, Keep Me Near the Cross"(Pada Kaki SalibMu) "I Am Thine, O Lord" (Aku Milik-Mu, Yesus, Tuhanku) dan masih banyak lagi.
Tuhan merencanakan yang terindah bagi Fanny dengan kebutaan itu. Hal ini sangat disadari oleh Fanny. Dia tidak pernah menyesali kekurangannya itu. Dia malah berkata: "[Kebutaan] ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya." Dia juga berkata, "Apakah jika saya tidak buta, hidup saya bisa seindah sekarang ini?" Di kesempatan lain dia berkata:" Tampaknya ini memang berkat dari Tuhan, yaitu bahwa saya harus buta seumur hidup. Dan saya bersyukur untuk perkecualian ini. Seandainya besok saya ditawari untuk bisa melihat dunia ini dengan sempurna, saya tidak akan menerimanya. Saya mungkin tidak akan pernah bernyanyi memuji Tuhan, jika saya lebih tertarik pada penglihatan yang lebih indah dan menarik."

Suatu kali ada pendeta yang menaruh rasa iba pada Fanny. Dia berkata," Sungguh kasihan. Yang Maha kuasa melimpahkan bakat yang berlimpah-limpah pada Anda, tetapi tidak memberikan penglihatan pada Anda."


Fanny langsung menjawab, �Jika aku bisa dilahirkan lagi, saya akan mengajukan permintaan agar dilahirkan dalam keadaan buta."


�Lho, mengapa begitu?�tanya hamba Tuhan dengan kaget.


�Karena saat saya sampai di Sorga nanti, saya ingin yang pertama kali saya lihat adalah Juruselamat saya."

Thursday, 13 December 2012

Kesaksian Iman Kristen : Kisah Sukses George Muller

Suatu hari ketika hendak menyeberang, seorang nahkoda tidak berani menyeberangkan kapal karena badai. Lalu, seorang pengasuh yatim piatu mengajaknya turun kebawah untuk berdoa. Doanya sangat sederhana: "Tuhan, Engkau tahu hambaMu harus menyeberang untuk ,emjalankan tugas, Engkau tahu hambaMu tidak pernah tidak menepati janji, kiranya Tuhan meredakan badai." Ketika selesai berdoa, mujizat terjadi. Badai reda sehingga ia bersama penumpang lain dapat menyeberang. Pengasuh yatim piatu itu adalah George Muller. Kehidupan doa dan imannya telah menjadi inspirasi banyak generasi.

George Muller (1805-1898) adalah seorang misionaris kristen dan kepala dari sebuah rumah yatim piatu di Bristol Inggris. Selama hidupnya ia mengasuh 10,024 anak yatim piatu. Tidak hanya dikenal karena menyediakan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak asuhannya, tetapi juga karena ia telah meninggalkan teladan iman yang bergantung penuh pada pemeliharaan Allah. Hal ini nampak dari cara kerja dan kehidupan pribadinya.

Memberi hidup
Sebelum masuk sekolah teologia di universitas Halle, kehidupan Muller sangat berbeda. Lahir di sebuah desa di daerah Kroppenstedt, dekat dengan daerah Halbestadt, wilayah kerajaan Prussia (Jerman), sejak muda ia tidak mempunyai tujuan hidup yang baik. Ia adalah pencuri, pembohong, dan suka berjudi. Bahkan ibunya meninggal saat Muller sedang berjudi dan mabuk-mabukan bersama dengan teman-temannya. Pada waktu itu ia berusia 15 tahun.

Dengan motivasi yang kurang tepat, ayahnya memasukan Muller di pendidikan Theologia Universitas Halle. Jabatan rohaniawan saat itu merupakan incaran dan kedudukan yang bisa menghasilkan gaji besar, apalagi jika direkrut sebuah gereja milik negara.

Saat menempuh pendidikan disana, Muller bertemu dengan seorang rekan yang mengundangnya ikut dalam pertemuan kristen. Muller disambut baik dalam pertemuan itu. Selanjutnya dengan teratur ia membaca Alkitab dan berdiskusi tentang kekristenan dengan rekan-rekan lainnya di pertemuan tersebut. Akhirnya, hidup Muller berubah. Ia segera meninggalkan kebiasaan buruknya dan memberi hidupnya menjadi seorang misionaris.

Pada tahun 1828 Muller mendapatkan tawaran kerja di London Missionari Society. Memasuki tahun 1829, ia jatuh sakit dan sempat berpikir bahwa ia tidak dapat bertahan. Mujizat Tuhan menyembuhkannya. Ia kemudian mendedikasikan hidupnya untuk melakukan kehendak Tuhan. Ia langsung meninggalkan London Missionary Society dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menyediakan apa yang ia butuhkan bagi pekerjaan Tuhan.
 
Institusi ini bertujuan membantu sekolah-sekolah kristen dan para misionaris serta membagikan Alkitab. Institusi ini tidak menerima dukungan dana dari pemerintah dan hanya menerima dukungan atau pemberian sukarela. Meski demikian, institusi ini menerima dan menjalankan 1,5 juta poundsterling (setara dengan 2,718,844 US dollar) pada waktu Muller meninggal dunia, yang dipergunakan untuk mendukung biaya rumah yatim piatu, penyebaran hampir 2 juta Alkitab, dan juga mendukung "misionaris iman" lainnya di seluruh dunia seperti Hudson Taylor.

Iman
Muller bersama dengan istrinya kemudian mengelola rumah yatim piatu pada tahun 1836 dengan menggunakan rumah mereka sendiri di kota Bristol. Awalnya rumah mereka digunakan untuk menampung 30 anak perempuan. Kemudian jumlah anak yatim piatu bertambah menjadi 130 anak sehingga membutuhkan 3 rumah.

Pada tahun 1845 terjadi peningkatan jumlah anak yatim piatu sehingga Muller memutuskan untuk membangun gedung yang baru dan dapat digunakan pada tahun 1849 dengan kapasitas akomodasi 300 anak. Jumlah anak ini terus bertambah hingga mencapai 2000 anak di tahun 1870 sehingga membutuhkan 5 rumah yang dapat menampung seluruh anak-anak tersebut.

Muller mengambil satu keputusan dimana ia tidak pernah meminta dukungan dana dari siapa pun dan tidak berhutang pada pihak manapun meskipun diperlukan lebih dari 100,000 poundsterling untuk membangun kelima rumah yang menjadi akomodasi 2000 anak.

Keyakinan yang kuat atau lebih tepatnya sikap percayanya yang kuat terhadap pemeliharaan Allah bagi kebutuhannya sejak 1829 membuat Muller dapat menyaksikan mujizat Allah dinyatakan melalui hidupnya. Seringkali ia menerima bantuan makanan yang datang tanpa diminta dan bantuan makanan itu hanya datang beberapa jam sebelum waktu makan anak-anak yatim piatu itu tiba. Peristiwa-peristiwa ini seperti menguatkan iman muller.

Setiap pagi setelah jam makan pagi, selalu diadakan waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa. Setiap anak diberikan sebuah Alkitab disaat mereka pergi meninggalkan rumah yatim piatu. Anak-anak yatim piatu itu diberikan pakaian yang baik dan pendidikan yang baik.

Muller telah membaca alkitab lebih dari 200 kali dan separuh dari waktunya dilakukan untuk berdoa. Ia mengatakan bahwa 50,000 jawaban doa yang khusus yang telah ia terima, berasal dari permohonan doanya hanya kepada Allah! lebih dari 3000 anak yatim piatu yang diasuhnya, dimenangkan bagi kristus melalui pelayanannya oleh penyertaan Roh Kudus.
 
Sumber : http://renungan-harian-kita.blogspot.com

Saturday, 8 December 2012

Kesaksian Iman Kristen : Pengarang Lagu "Abide With Me"

Lukas 24:28-29 
Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
1 Korintus 15:58
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Hanya orang yang bisa menghadapi kematian dengan iman yang mampu menjalani hidup ini dengan tujuan dan keyakinan. Inilah yang dialami oleh pendeta Inggris, Henry F. Lyte. Ia menulis lirik nyanyian pujian �Abide With Me� atau �Tinggal Sertaku� pada tahun 1847, tidak lama sebelum ia meninggal. Lagu yang diangkat dari Lukas 24:29 ini kemudian menjadi lagu favorit dikalangan umat Kristen selama masa kedukaan atau kesengsaraan. Teks lagu ini dalam bahasa Indonesia (KJ. 329) berbunyi demikian:

"Tinggal sertaku; hari t'lah senja. 
G'lap makin turun, Tuhan, tinggallah!
Lain pertolongan tiada kutemu: 
Maha Penolong, tinggal sertaku!

Hidupku surut, ajal mendekat, 
nikmat duniawi hanyut melenyap.
Tiada yang tahan, tiada yang teguh:
Kau yang abadi, tinggal sertaku!

Aku perlukan Dikau tiap jam;
dalam cobaan Kaulah kupegang.
Siapa penuntun yang setaraMu?
Siang dan malam tinggal sertaku.�

Henry F. Lyte lahir di Skotlandia pada tanggal 1 Juni 1793. Dia belajar di Trinity College , Dublin Ireland. Sepanjang hidupnya ia dikenal sebagai orang yang bekerja keras didalam melayani Tuhan. Meskipun secara fisik ia lemah karena asma dan TBC, tetapi ia kuat secara roh dan imannya tak tergoyahkan. Ia adalah seorang penyair, musisi dan pelayan Tuhan. Dimanapun melayani, ia dicintai dan dikagumi oleh orang-orang yang dilayaninya. Selama dua puluh tiga tahun terakhir dalam hidupnya, ia melayani gereja miskin yang kebanyakan adalah nelayan. Kesehatannya semakin memburuk dan dokter memberikan saran agar ia pindah sejenak ke Itali, daerah yang lebih hangat. Dengan berat hati, ia terpaksa meninggalkan jemaat yang dilayaninya. Pada hari Minggu perpisahan ketika ia menyampaikan khotbah terakhirnya pada tanggal 14 September 1847, ia sama sekali tak berdaya lagi, ia sudah sekarat dan ia berkhotbah dengan berurai air mata. Ada rasa hancur di dada, ketika ia beranjak pergi meninggalkan jemaat Tuhan yang dilayaninya. Namun ia yakin seperti lirik lagu yang ditulisnya bahwa sekalipun ia pergi, namun Tuhan akan tinggal tetap. Ia memohon agar Tuhan tetap tinggal ditengah persekutuan umatNya. Dua bulan setelah itu ia meninggal ketika dalam perjalanan ke Roma, Itali.

Lagu pujian �Abide With Me� mengingatkan kita tentang seseorang yang tetap setia melayani Tuhan sekalipun ia menderita. Ia tidak kecewa karena Tuhan tidak menyembuhkannya, ia tidak menjadikan kelemahan tubuh sebagai alasan untuk tidak melakukan sesuatu, namun ia menjalani sisa umur hidupnya dengan melakukan pekerjaan yang bermakna. Melalui lirik lagu yang ditulisnya disela-sela penderitaan karena penyakitnya, kita dapat melihat keteguhan imannya kepada Tuhan. Ia menyadari bahwa ajalnya sudah mendekat, tetapi kalaupun kematian menjemputnya, ia percaya bahwa Tuhan akan tetap tinggal bersamanya, Tuhan yang ia layani akan menjadi bagiannya selamanya.

DOA: 
Tuhan Yesus, tidak ada penderitan apapun yang dapat memisahkan aku dariMu. Jangan biarkan aku menjadi tawar hati karena penyakitku. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

Ketika jiwamu lemah karena penderitaan, ingatlah akan Tuhan maka engkau akan mendapat kekuatan.

http://renungan-harian-kita.blogspot.com

Monday, 3 December 2012

Kesaksian Iman Kristen : Joel Osteen

Kesetiaan Membawa Anda pada Promosi Tuhan

Sebelum Joel Osteen menjadi gembala di Lakewood Church, dia bekerja kepada ayahnya selama 17 tahun dan bertanggung jawab pada bagian pelayanan televisi. Dan inilah ceritanya tentang apa artinya kesetiaan.

Dulu kami membuat acara khusus televisi yang besar, konser, dan semua hal menyenangkan lainnya. Tetapi menjelang akhir hidup ayah saya, dia tidak ingin melakukannya lagi. Suatu hari, saya mendapatkan jam tayang di banyak stasiun radio untuk memancarkan acara ayah saya. Saya telah begitu bekerja keras, dan merupakan suatu kesepakatan yang besar. Saya meminta ayah saya untuk turun ke studio hanya selama satu jam saja setiap minggunya, tetapi katanya, �Joel, saya tidak ingin melakukan itu. Saya telah berumur 75 tahun. Saya hanya ingin rileks dan menggembalakan gereja.�

Saya merasa sangat kecewa. Saya pikir, �Tuhan, saya masih muda. Saya tidak ingin melakukan hal kecil. Saya memiliki mimpi yang besar. Saya ingin melakukan lebih lagi.�

�Mungkin ini saatnya untuk saya pergi. Mungkin ini saatnya bagi saya untuk mencari beberapa peluang lainnya,� demikian pikir saya.

Namun ketika saya bertanya pada hati kecil saya, saya tahu harus berada bersama ayah saya. Saya tidak tahu pasti kapan keputusan itu saya buat, tapi selanjutnya saya hanya melakukan yang terbaik hari demi hari.

Dua tahun kemudian, Ayah saya kembali kerumah Bapa. Saya menyadari sekarang mengapa Tuhan menaruh dalam hati saya sebuah mimpi yang besar, yaitu untuk membangun pelayanan saya sendiri. Tapi saya harus menunggu waktu yang tepat dari Tuhan. Jika saja saya tidak setia dimana saya ditempatkan, dan saya tidak menghormati dan tunduk pada otoritas saya dan memilih yang benar saya percaya, saya tidak akan berdiri dimana saya sekarang berada.

Teman, mungkin Anda melihat sepertinya pintu tertutup bagi mimpi Anda. Mungkin otoritas Anda memiliki pemikiran yang berbeda dari Anda. Tetapi begitu Anda memutuskan untuk berbunga, ditempat Anda ditanam, dan menjaga sikap Anda; Ketika Anda memutuskan untuk tidak kecewa ketika otoritas diatas Anda tidak setuju dengan Anda, maka Anda akan menuai benih yang Anda tabur, dan Tuhan akan membawa Anda ketempat dimana Dia mau Anda berada. Jadi tetaplah berdiri, tetaplah percaya, dan tetap lakukan yang terbaik karena Tuhan akan membawa Anda ke tempat dimana Anda belum pernah memimpikannya.

"Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."
~Matius 25:23~

Wednesday, 28 November 2012

Kesaksian Kristen : Aktor Hollywood Chris Carberg Atasi Kecanduan dan Menemukan Tuhan

Mungkin ini kisah familiar. Seorang aktor Hollywood kecanduan narkoba, masuk rehab, menemukan Tuhan, dan mengubah kehidupannya.

Namun kali ini, kisah itu tidak berakhir begitu saja.

Bagi Chris Carberg, sekarang CEO sebuah situs Kristiani bernama Holypop.com, menemukan Tuhan hanya awal dari hidup yang baru, bertransformasi, hidup yang tidak akan pernah sama lagi.

Sebelum menjadi orang percaya yang saleh, Carberg, dikenal untuk perannya di film �Kill Zone� dan �Sydney White,� berjuang melawan kecanduan parah terhadap pil penenang, yang sangat familiar bagi banyak aspiran Hollywood.

Dengan kesuksesan sebagai aktor, produser dan penulis naskah, timbul nafsu yang semakin meningkat dan ketergantungan terhadap pil-pil resep dan penenang, yang awalnya digunakan untuk meredakan sakit kepala dan migrean yang ia miliki.

�Kecanduan saya sebagian besar dikarenakan kurangnya citra diri yang kuat," kata pria berusia 28 tahun itu.

�Suatu saat saya minum dua pil sekaligus dan saya merasakan ketenangan yang tidak pernah saya rasakan. Dari situ saya tinggal pesan pil-pil secara online, saya mulai mengalami kebuntuan, terus membutuhkan dan kemudian keluar kontrol."

Kecanduan yang ia rahasiakan akhirnya menyebabkan Carberg pingsan di sebuah cabang toko fotokopi Kinkos di Orlando jam 3 pagi karena overdosis.

Polisi yang datang ke tempat kejadian menemukan Carberg dan menggeledah mobilnya, dan menemukan sebuah tas besar di bagasi penuh dengan seluruh botol obat yang pernah ia miliki, yang dulunya (bagaikan) "kerbau emas, trofi, dan berhala" baginya.

Berkat bantuan Petugas Voyles, seorang polisi yang belum berhasil ia temukan sejak hari naas itu, Carberg selamat dan menjalani program detoks kemudian masuk ke sebuah klinik rehabilitasi di Florida.

Setelah detoks, rehab dan pertemuan 12 kali untuk memulihkan dirinya, Carberg mulai merasa ada sesuatu yang masih hilang, dan itu bukanlah pil. Ia merindukan sebuah hubungan, dan bukan hanya hubungan biasa, namun dengan Tuhan. Tuhan yang sering ia dengar tapi tidak benar-benar kenal.

Meski Carberg dibesarkan secara Katolik, namun sampai saat itu ia menyebut dirinya seorang agnostik.

Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang ia karakterisasikan sebagai "agama terorganisir yang munafik." Dia tidak suka dengan pengikut ke-Kristenan yang ia rasakan tertulah dengan kemunafikan, diantaranya pendeta yang berselingkuh dan pastor yang melakukan penganiayaan seksual.

Namun rasa penasaran akan Tuhan membuatnya mengunjungi sebuah gereja di Florida dimana seorang pendeta mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia lupakan.

�Di Gereja Aloma, Pendeta Anthony George mengajarkan saya bahwa meski ada banyak utusan palsu, Tuhan dan pesannya tidak pernah berubah," katar Carberg. "Saya perlu mendengar ini."

�Setelah itu, saya melompat ke kecanduan sehat pertama saya. Saya membaca Alkitab dari awal sampai habis, dan mempelajari seluruh hal tentang Yesus. Saya ingin menyerahkan hidup dan talenta saya untuk Yesus."

Dulu saya menganggap Tuhan "hanya bisa ditakuti dan tidak bisa berbicara dengan kasih sayang," Carberg akhirnya bisa melihat siapa Tuhan sebenarnya - Abba Bapa - dan membuka hubungan yang baru dan personal dengan Dia.

Membuat pondasi di atas Firman dan bukan tradisi, ritualisme, atau apa yang ia sebut sebagai emosionalisme, penulis �Kill Zone� itu meninggalkan kefanaan keagamaan yang korup dan akhirnya masuk ke dalam hubungan yang dalam dan bermakna dengan Tuhan.

�Semuanya dimulai dari Alkitab," kata Carberg. "Setiap dan seluruh ayat di Alkitab mengandung nilai, kebenaran, dan dikodei dengan pelajaran-pelajaran inspirasi, makna dan hikmat yang hanya bisa diberikan oleh Roh Kudus."

�Saat anda membaca Alkitab, dan mengerti, anda akan berubah. Anda bukan orang yang sama karena Alkitab, saat anda baca dan mengerti, akan merubah anda. Anda tidak bisa menjadi orang yang sama karena norma-norma sosial dan budaya terbalik. Alkitab adalah buku yang paling kontroversial dalam sejarah karena menolak keinginan duniawi."

Berharap dapat menuntun orang lain kepada Firman Allah yang menantang dan mengubah hidupnya sendiri, Carberg mendirikan Holypop.com, sebuah komunitas pendidikan bagi orang percaya dan skeptis, pada tahun 2009, untuk dapat mengerti Alkitab.

Sekarang, hanya enam tahun setelah pengalaman overdosis di Kinkos, Carberg menjalankan salah satu sumber Kristiani terbesar di dunia maya, yang ingin memfasilitasi hubungan, bukan sekedar agama, dengan Firman.

"Ini waktu terbaik untuk memiliki iman," katanya. "Internet memberi kita kesempatan untuk mengakses data lebih cepat dari sebelumnya. Injil menjadi viral, dan sekarang melakukannya dengan cara lain. Holypop membantu studi Alkitab menjadi digital."

Situsnya tidak hanya menyediakan terjemahan Alkitab secara online, tetapi juga konten gratis yang membantu pengguna "mendapatkan pengalaman studi Alkitab penuh di satu tempat."

"Kami memiliki konten dari Dr Elmer Towns, Dr Jerry Falwell, Dr Harold Wilmington, Scott Basham, dan banyak lagi. Kami menggunakan semua konten yang mudah dicerna namun bekerja secara erat dengan Alkitab. Setiap ayat Alkitab terkait dengan komentar pelengkap, kamus Ibrani/Yunani dan konkordansi paralel," Carberg menjelaskan.

"Apa yang membuat Holypop begitu istimewa adalah pendekatan baru. Kami sedang membangun salah satu database pemikiran Kristiani terbesar di dunia maya dengan teknologi modern. Situs baru kami (yang akan diluncurkan segera) ditargetkan untuk anak muda dan memberi mereka asupan ajaran iman yang akan membangun generasi yang lebih kuat. "

"Tim saya tidak ingin membuat sebuah website tentang teologi lama," tambahnya. "Holypop berbicara tentang kehidupan iman sehari-hari, dan kami berharap itu akan menghubungkan anak muda di seluruh dunia seperti yang telah kami lakukan lewat media sosial."

Dibuat untuk 'orang-orang berdosa', katanya, situs dirancang untuk membantu orang lebih dekat dengan kebenaran Kristus.

"Saya berpikir bahwa ketika kita mencoba untuk membantu 'orang berdosa' daripada terpaku ke orang Kristiani atau non-Kristiani, anda dapat pergi lebih jauh, dan tidak meninggalkan seseorang pun di luar. Orang itu penting, orang itu adalah saya enam tahun lalu," katanya.

Fokus pada tumbuh dan berkembang Holypop.com, Carberg mengatakan dia belum selesai dengan Hollywood.

Ia berencana untuk menciptakan film iman dalam waktu dekat, dengan menulis sebuah naskah berjudul "Tembakan Terakhir," sebuah drama bola basket.

Tapi sampai terlaksana, Holypop tetap proyek utama, berdoa Tuhan menggunakan situs itu untuk memberkati orang sebanyak mungkin.

Sejak diluncurkan penuh awal tahun ini, Holypop berkembang dengan cepat, dengan 25.000 kunjungan dan hampir 100.000 jumlah kunjungan pada halaman. Juga, mempunyai 10.000 pengikut di Twitter dan Facebook.

Sumber : http://www.kristianipos.com

Saturday, 24 November 2012

Kesaksian : Mantan Novelis Vampir

Pengarang terkenal Interview with the Vampire Anne Rice menyatakan bahwa tak ada kedamaian dan istirahat tanpa Tuhan, dalam sebuah video mengenai kembalinya dia ke iman Kristiani.

Selama 38 tahun, Rice mengatakan dirinya seperti �Atheis yang selalu dibayan-bayangi Kristus,� katanya dalam video berjudul �I Am Second.� Novel-novel vampirnya merupakan refleksi pergulatan batinnya hidup di dunia tak bertuhan yang diciptakannya.

Vampir, ujarnya, adalah metafora bagi yang terbuang dan orang yang merasa terpisah dari Tuhan.

Rice memperoleh ketenaran dan kekayaan dari novel-novel vampirnya, namun dirinya terus merasa tidak puas dengan �dunia dimana keselamatan adalah mustahil,� katanya.

�Dan alasan untuk ketidakpuasan itu sederhana: Saya benar-benar percaya pada Tuhan,� katanya dalam video tersebut. Bukan hanya saya percaya pada Dia tapi saya mengasihi Dia dan saya tidak mau mengakui ini.�

Rice kecil tumbuh di rumah yang menganut Katolik namun menolak iman saat berusia 18 tahun untuk mendapat kebebasan dan mencari pengetahuan.

�Saya dulu merasa ada begitu banyak hal yang terlarang sebagai seorang Kristiani �. Saya sangat merasakan perlunya menjadi bebas,� ingatnya.

Dalam video �I Am Second,� Rice mengatakan ia berulang kali diingatkan �bahwa selama kamu menyangkal Tuhan kamu tidak akan pernah beristirahat. Kamu tidak akan pernah mendapat kedamaian.�

�Anda tidak dapat menyelamatkan diri melalui seni. Anda tidak dapat menyelamatkan diri melalui musik. Anda tidak dapat mendapatkannya melalui jalan-jalan. Anda tidak dapat melakukannya melalui kekayaan,� Rice menuturkan. �Semua usaha anda mencoba dan menyelamatkan diri melalui hal-hal lain pasti akan gagal. Anda menyelamatkan diri anda sendiri atau Tuhan menyelamatkan anda dan anda berbalik pada-Nya.�

Setelah lebih dari empat dekade menyangkal Tuhan, Rice mengatakan dia akhirnya siap untuk menyerahkan diri pada Tuhan. Dia kembali ke gereja Katolik pada 1998.

�Saya menyerahkan semua keraguan,� katanya. �Dengan tidak sempurna, saya kembali.�

Kembali pada Kristus mengubah segalanya. Salah satunya, dia tidak dapat lagi menulis tentang vampir.

�Saya bukan [lagi] orang yang berada di dunia tak bertuhan, sangat jauh,� katanya.

Sekarang Rice menulis buku �untuk Tuhan dan didedikasikan bagi Yesus Kristus.�

�Saya telah berubah dan saya harus melakukan ini,� tegasnya. �Saya harus menulis untuk Dia.�

Buku-buku rohaninya berjudul Christ the Lord: Out of Egypt, Christ the Lord: The Road to Cana, dan Angel Time: The Songs of the Seraphim.

Rice adalah selebriti terbaru yang memberikan kesaksian video di �I Am Second,� sebuah gerakan yang bertekad mengangkat Kristus dengan mendeklarasikan bahwa Ia adalah pertama dan kita kedua.

Selebriti lain yang memberi kesaksian termasuk mantan pelatih NFL Indianapolis Colts Tony Dungy; mantan gitaris/pendiri band metal Korn, Brian �Head� Welch; dan pemain baseball Texas Rangers Josh Hamilton.

E3 Partners Ministry meluncurkan kampanye penjangkauan �I Am Second� pada 22 Desember 2008 di daerah Dallas-Fort Worth di Amerika. Kampanye itu awalnya hanya untuk menjangkau mereka yang ada di Texas utara namun saat mereka meluncurkan situs, responnya sangat populer. Sampai saat ini, situs kampanye itu telah menerima lebih dari 2 juta kunjungan dari 211 negara. 

Sumber : www.iamsecond.com

Wednesday, 21 November 2012

Kesaksian : Mr. T

Untuk anda yang dulu senang menonton "The A Team" pasti anda mengenal sosok Sgt. B. A. Baracus, dialah Mr. T. Dia juga memerankan petinju tangguh dalam "Rocky 3". Dia mungkin sudah sedikit tua, dan semua rantai emasnya telah hilang (dia berhenti memakainya setelah badai Katrina, dia merasa itu akan menjadi dosa terhadap Allah bila melakukannya, sementara begitu banyak orang yang menderita). Tetapi ciri khas Mohawknya dan wajah yang cemberut tidak pernah berubah. Mr T telah kembali dan lebih baik dari pada sebelumnya. Dia bertumbuh kuat di dalam  iman dan sekarang dia punya acara baru, "I Pity The Fool" ditayangkan Rabu malam pukul 10, di TV Land, di mana ia memotivasi para pekerja untuk menjadi lebih baik di pekerjaan mereka, mempertemukan keluarga yang sudah lama  terpisah, dan membantu mengilhami orang untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Mr T baru-baru ini berbicara pada Beliefnet tentang bagaimana iman Kristennya untuk membantu orang lain di acara itu, pentingnya doa dalam hidupnya, mengapa ia orang yang bodoh, dan melalui "Ujian Ayub" ketika didiagnosis terkena kanker.

Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang kehidupan rohani Anda?

Saya dibaptis ketika saya berusia empat tahun. Tetapi ketika anda masih muda anda benar-benar tidak mengerti hal itu. Lalu aku dibaptis ulang pada tahun 1977. Sebagai seorang Kristen anda memaafkan dan kita memberi makan yang lapar, dan memberi pakaian kepada yang telanjang, dan kita mengunjungi orang sakit, dan menghibur orang yang kesepian. Jika saya seorang pengikut sejati Tuhan dan Juru Selamat-ku Yesus Kristus, saya harus melakukan hal-hal yang anda seharusnya kita lakukan. Kita tidak bisa mengatakan, "Saya percaya kepada Yesus" dan kemudian tidak memaafkan seseorang atau menyimpan dendam terhadap seseorang. Jangan salah paham, jika seseorang melompati saya, saya akan melawan, tapi saya tidak membenci orang karena mereka berbeda dengan saya atau karena saya tidak suka dengan cara mereka berpakaian. Itulah energi negatif. Kemudian ada kontradiksi kepada Allah yang saya layani, Allah yang maha kasih. Dia mengampuni saya, dan saya harus berbuat baik kepada orang-orang yang mengkhianatiku.

Pada tahun 1979, sebelum aku menjadi terkenal, ada kontes yang disebut "The Toughest Bouncer" di Amerika. Akudulu adalah pengawal untuk beberapa selebriti dan juga orang-orang lain, dan ketika saya sedang tidak menjadi pengawal, saya bekerja di sebuah tempat disko sebagai penjaga pintu atau bouncer. Ketika saya mulai latihan untuk kontes, saya menelepon pendetaku, Pendeta Henry Hardy dari Gereja Komunitas Cosmopolitan [di Chicago]. Aku sudah bergereja di sana sejak tahun 1977. Aku berkata, "Pendeta Hardy,  ada sebuah kontes, dan ketika saya memenangkan kontes ini saya akan memberi anda uang, sehingga anda dapat membeli makanan dan pakaian bagi orang-orang yang kurang beruntung di masyarakat." Saya menang dua tahun berturut-turut-itu, lebih dari $ 10.000. Saya tidak punya mobil, tapi saya diberkati. Jadi saya memberikan uang itu tanpa imbalan, dan kemudian berkat saya kembali dalam bentuk "Rocky III."

Setelah saya memberikan uang itu untuk gereja saya, saya mendapat panggilan satu setengah bulan kemudian. Mereka mengatakan,"Sylvester Stallone yang membuat "Rocky III," dan dia tertarik pada Anda". Kemudian mereka mengirimkan saya script, dan saya mengikuti audisi, dan mendapatkan peran. Saya ingin berpikir bahwa berkat itu datang karena saya telah memberi tanpa pamrih. Karena aku diajarkan bahwa ketika Anda memberi, Tuhan akan mencurahkan berkat-berkat-Nya kepada anda dan anda bahkan tidak akan memiliki cukup ruang untuk menyimpannya. Dan itulah apa yang telah terjadi sejak itu. Saya memberitahu semua orang, saya mendapatkan begitu banyak karena saya memberikan begitu banyak. Saya berikan secara bebas, saya memberikan seluruh waktu saya, memberikan semua uang saya, memberikan semua jiwaku. Saya mencoba untuk memotivasi orang. Saya mencoba menginspirasi mereka.

Apa yang Anda doakan?

Saya bangun setiap pagi dan berkata, "Bapa, beri aku kekuatan saat ini, bukan kekuatan sehingga saya bisa mengangkat 500 kilogram, tapi beri aku kekuatan, Tuhan, jadi ketika saya berbicara, kata-kata saya mungkin memotivasi, mungkin menginspirasi seseorang, Tuhan, ketika mereka melihat saya, biarkan mereka melihat-Mu. Ketika mereka mendengar saya, Tuhan, biarkan mereka mendengar-Mu. Dalam nama-Mu yang kudus saya berdoa.. "

Saya berkata kepada Tuhan, "ketika mereka melihat saya, biarkan mereka melihat Tuhan" jadi anda tahu saya tidak bisa keluar dari bar strip dengan beberapa wanita di lengan saya. Dan saya katakan "Tuhan, ketika mereka mendengar saya, biarkan mereka mendengar-Mu Tuhan - yang berarti saya tidak bisa mengatakan kepada mereka lelucon jahat yang dulu biasa saya gunakan. Karena Alkitab mengatakan, setiap kali Kristus melihat ciptaan baru, yang lama sudah berlalu. Aku bukan orang yang sama seperti dulu, saya tidak dibangkitkan dari neraka atau semacamnya. Saya seorang pria yang diubahkan. Saya mengatakan bahwa Allah tetap di dalamku dan saya tetap di dalam-Nya. Aku membiarkan Tuhan tinggal dalam diriku. Jadi saya memberitahu orang-orang, ketika saya melangkah keluar, saya mewakili Tuhan yang saya layani, saya mewakili ibu yang mencintai saya dan yang dulu mengetuk pintu tetangga sehingga aku bisa punya uang untuk pergi ke sekolah.

Bagaimana menjadi seorang selebriti membantu Anda dalam kegiatan anda?

Status selebriti saya memberi saya kesempatan, memberikan saya mimbar untuk berkhotbah dan menjangkau orang-orang. Bahkan tidak hanya berkhotbah tapi hanya memimpin, memotivasi mereka dengan menjadi seorang pemimpin.

Di Los Angeles Saya membawa makanan dan pakaian ke "Midnight Mission" tempat penampungan tunawisma. Saya sudah di sana sejak berperan dalam "Rocky", saya ke sana secara diam-diam dan tidak pernah memanggil pers dan mengatakan, "Lihat saya membantu orang-orang!"

Ibu saya mengatakan kepada saya, "Nak, tidak ada orang lain yang tahu selain Tuhan." Dan itulah tentang saya - menjangkau masyarakat, menangis dengan mereka, memberi mereka harapan. Mengunjungi rumah sakit, mengunjungi anak-anak yang terkena kanker, mengunjungi orang dewasa, dan hal-hal seperti itu. Itulah yang saya lakukan. Dan jadi semacam pertunjukan mencerminkan hal-hal seperti itu, memberi saya kesempatan untuk meningkatkan semangat masyarakat, menginspirasi mereka untuk membantu orang lain, untuk memberi mereka harapan.

Acara ini disebut "I Pity the Fool", tapi kami tidak menyebut orang-orang bodoh (semua orang tahu bahwa itu kata-kataku). Tidak ada maksud untuk menghina sama sekali, saya menjamin bahwa ketika orang melihat acara ini mereka akan terkejut dan mereka akan menjadi ketagihan karena acara ini tidak seperti apa yang orang-orang pikirkan. Ini adalah reality show [tapi] kami tidak makan cacing, kami tidak telanjang, kami tidak berhubungan seks dengan siapa-siapa, kami tidak bergulat dengan babi atau hal-hal semacamnya. Acara ini tentang hal yang biasa saya lakukan, hanya saja kali ini dengan kamera.

Saya menggunakan status selebriti saya untuk menginspirasi orang, untuk memberi mereka harapan. Saya memberitahu mereka di mana saya dibesarkan-di South Side Chicago. Saya memberitahu mereka bagaimana saya lahir dan dibesarkan di ghetto, tapi jiwa ghetto tidak ada di dalam diriku. Tentang bagaimana aku mencintai dan menghormati ibu saya, bagaimana ibu saya mengajar kami untuk berdoa sebelum makan, dan mengingatkan kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Dia mengatakan jika anda dapat menghargai hal kecil yang anda miliki, Tuhan akan memberi anda lebih banyak lagi. Dan itulah yang saya pikir terjadi ketika saya melihat kembali kehidupan saya.

Apakah menurut anda bahwa iman anda selama ini telah membantu anda membantu orang lain, terutama melalui pertunjukan ini?

 Tentu saja. Setiap kali iman saya semakin kuat dan kuat. Dan tes yang sesungguhnya dari iman saya [adalah ketika] aku harus melalui "Ujian Ayub" saya pada tahun 1995, ketika saya didiagnosis mengidap kanker. Saya ingat sebelum itu, kembali pada tahun 1984, 1983 dan 1982, saat anak-anak kecil datang dan menemui saya. Ada seorang anak kecil yang sedang sekarat dan [yang] permintaan terakhirnya melalui Make-A-Wish Foundation adalah untuk bertemu dengan saya. Namanya adalah Ryan, dan ia memiliki cystic fibrosis. Saat itulah hidup saya benar-benar berubah.

Saya menelepon pendeta saya lagi, pendeta yang sama yang saya berikan uang setelah saya memenangkan kontes bouncer, dan saya memanggilnya pada tahun 1983. Aku berkata,"Pendeta Hardy, ada anak yang sekarat. Apa yang harus saya katakan padanya?".

Aku tahu aku tidak bisa memberitahu anak ini hal yang sama yang aku katakan kepada semua anak kecil lainnya: "Hei, teman kecil, pegang otot-otot di punggungku dan aku akan membawamu berkeliling dan kita akan menangkap semua orang jahat." Saya tidak bisa berbicara seperti itu padanya. Aku butuh sebuah kata dari Tuhan, aku perlu untuk menemukan kata-kata itu dan itulah sebabnya saya menelepon pendeta saya.

Pendeta saya berkata,"T, ternyata anak ini telah melihat kebaikan dalam dirimu yang bahkan kau sendiri tidak dapat melihatnya." Dan aku tidak.... Maksudku, saya akan berdoa sebelum makan, dan saya bahkan akan mengucapkan sebuah doa pendek sebelum saya pergi tidur. Tapi aku merasa bahwa Tuhan sedang membawa segala sesuatunya ke tingkat yang lebih tinggi.

Dan aku melihat si kecil Ryan, dan juga anak-anak kecil lainnya yang akan dibawa kepada saya melalui
Starlight Foundation atau Make-A-Wish Foundation. Saya akan datang kepada mereka, menghabiskan waktu bersama mereka, bermain dengan mereka, bernyanyi bersama mereka, berdoa bersama mereka, memeluk mereka. Dan setiap kali mereka akan pergi, saya akan menangis. Saya akan berterima kasih kepada Tuhan karena saya dapat melihat mereka.

Ada sebuah inspirasi khusus dalam saya setelah itu. Lalu aku berdoa, dan dalam hati kecilku, aku hanya berterima kasih kepada Tuhan, [bertanya] bagaimana saya bisa berbuat lebih banyak lagi? Karena setiap kali saya pergi ke tempat penampungan tunawisma saya meninggalkan mereka, dan aku meninggalkan mereka menangis. Suatu kali ada seorang wanita di sana dengan putrinya yang menunggu untuk melihat saya dan wanita itu berkata, "Saya hanya ingin memelukmu dan berkata, terima kasih untuk tidak melupakan kami". Dan dia mulai menangis, dan aku mulai menangis, dan kau tahu aku tidak pernah melupakan mereka.

Ketika saya masih di SMA, saya ingin menjadi seperti pemain sepak bola ini, namanya adalah David Deacon Jones. Dia dulu bermain dengan Los Angeles Rams. Mereka memanggilnya Deacon, karena ketika ia masih kuliah ia akan berdoa sebelum pertandingan. Aku berkata, "Wow saya suka itu," jadi saya mulai berniat untuk melakukan itu. Jadi saya akan berdoa di SMA. Dan kemudian hal-hal itu melekat dengan saya. Saya akan pergi dan bertemu orang-orang dan mereka akan mengatakan, "Oh Mr T, bisakah anda berdoa untuk saya?" Dan aku akan mengatakan, "Aku akan sangat senang untuk melakukannya."

Aku orang berdosa yang telah diselamatkan oleh kasih karunia. Oleh kasih karunia Allahlah aku ada di sini. Kita semua telah berdosa dan jatuh dari kemuliaan Allah. Saya pulang ke rumah dan saya meminta Tuhan untuk mengampuni saya karena dosa-dosa saya. Setiap hari saya meminta pembersihan baru. Aku berkata, "Tuhan, biarkan saya menunjukkan kebaikan kepada seseorang, biarlah saya memberikan harapan seseorang. Biarkan aku menjadi cahaya di ujung terowongan untuk seseorang." Saya memberitahu orang-orang, mereka bilang aku seorang petani, aku menanam benih harapan, benih inspirasi, saya menanam benih sehingga mereka dapat mulai berdoa dan percaya lagi.

Dan sulit bagi beberapa orang untuk dapatkan percaya. Mereka mengatakan,"Tapi aku sudah terluka oleh begitu banyak orang dan oleh beberapa gereja, atau oleh hal-hal lain." Saya menjelaskan bahwa pengkhotbah mungkin mencoba untuk menyakiti Anda, gereja mungkin mencoba untuk memperlakukan anda dengan salah, tapi itu bukan Tuhan. Tuhan tidak melakukan hal itu kepada Anda. Itu orang lain. Karena Tuhan akan tetap mencintai anda bahkan jika anda menyerah pada diri-Nya.

Apakah pernah ada waktu atau memang pernah ada saat ketika Anda merasa imanmu tergelincir sedikit?

 Saya tidak akan mengatakan saya berada dalam kondisi 100% sepanjang waktu, tapi aku tidak pernah benar-benar goyah. Aku menangis, aku makan, aku marah, aku berkata, aku bertindak acuh. Itu adalah "Ujian Ayub" saya. Ayub berkata, "Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya." Saat aku akan melalui ujian ini, jika saja saya tidak membaca kitab Ayub, saya mungkin akan hancur berantakan. Saya bisa saja mengatakan, "Allah macam apa yang melakukan hal seperti ini?" Tapi tidak, saya mengerti Ayub, saya membacanya. Aku tahu apa yang ia lalui. Teman-temannya dan istrinya datang dan berkata, "Kau bodoh. Tinggalkan saja Tuhanmu." Dan dia berkata, "Tidak wanita, kau berbicara seperti orang bodoh."

Kisah Ayub memberiku kekuatan ketika aku menderita kanker. Aku berkata, "T, jika kaubertahan, Allah akan melipat gandakan apa yang hilang dari padamu". Itulah apa yang diajarkan di gereja dan itulah yang terjadi pada Ayub. Ayub memperoleh lebih dari pada apa yang hilang dari pad. Ayub berkatanya,
"Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya." Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambilnya kembali. Terpujilah nama-Nya yang kudus. "Dan begitulah saya hidup. Kau tahu aku datang tanpa apa pun, aku akan mati tanpa apa pun. Tapi di antara kedua titik itulah yang menjadi inti segalanya.

Orang-orang ingin mengambilmu jauh dari imanmu. Mereka mengatakan,"Tuhan macam apa itu?" Ini seperti berbicara dengan iblis ketika seseorang muncul dengan sifat negatifnya. Mereka mengatakan,"Wow, Mr T. kabarnya kau terkena kanker, saya pikir kau akan menjadi orang terakhir yang dapat kanker mengingat semua hal yang kau lakukan.." Saya tahu orang inibersifat negatif tentang kanker saya. Saya mengatakan kepadanya, "Jangan khawatir tentang saya, saudaraku. Saya tidak menangis tentang hal itu, jangan khawatirkan hal itu.. Aku baik-baik saja. Jangan biarkan kankerku mengganggumu". Tapi dia begitu negatif. Ia mengatakan, "Hei, kenapa? Tuhan macam apa yang melakukan ini kepadamu?


Aku berkata kepada diriku sendiri, "Syukurlah saya cukup tahu hal-hal tentang Alkitab. Syukurlah saya sudah membaca tentang orang-orang seperti dia.."


Jadi bagaimana anda menghindari dari hal-hal negatif itu?


 Saya menggunakan Mazmur 23. Aku pergi dengan apa yang dikatakan David. "Ya, meskipun aku berjalan melalui lembah kekelaman". Daud berkata "melalui", itu berarti ada jalan keluar di sisi lain. Dia tidak mengatakan, "Dan ya aku berjalan ke gua ini dan tidak kembali." Dia berkata, "Ya, meskipun aku berjalan melalui lembah kekelaman, saya tidak takut pada si jahat." Kenapa kau tidak takut, David? "Engkau besertaku." Siapa engkau? Engkau adalah Tuhan. Jadi jika Tuhan besertaku, siapakah yang dapat melawanku?

Kedengarannya seperti jika anda bukan seorang selebriti anda akan menjadi pengkhotbah.


 Tepat. Saya menyukai apa yang salah satu eksekutif dari "I Pity the Fool" katakan,"Mr. T, ini adalah mimbar Anda."

Saya berbicara kepada anak-anak tentang menjadi baik dan hal-hal semacamnya. Itu membuat saya tahu bahwa saya berada di jalan yang benar. Jadi jika saya terus menanam, akhirnya mereka akan datang berkumpul. Lihat, tidak semua orang akan datang dengan segera. Seperti semua bunga yang tidak mekar di musim semi. Beberapa mekar di musim gugur. Beberapa bahkan mekar di musim dingin. Jadi inilah masudnya. Jika aku seorang hamba Tuhan, itulah yang harus saya lakukan, saya harus menunggu. Apa yang seorang hamba lakukan? Seorang hamba melayani. Dia melayani tuannya. Saya seorang hamba. Pekerjaanku adalah untuk melayani mereka yang kurang beruntung.


Jika Tuhan telah menyentuh saya, saya harus menyentuh orang lain. Allah telah mengampuni saya, jadi saya harus mengampuni orang yang berbuat salah terhadap saya. Jika Yesus bisa mengampuni semua hal-dengan mahkota duri di atas kepala-Nya di kayu salib saya katakan ... dengan semua hal yang orang lakukan, tidak ada yang telah menyalibkanku, tidak ada yang menempatkan paku di tanganku, di telapak tanganku, atau tombak di sisiku, atau mahkota duri di kepalaku. Jika Yesus mengampuni, maka saya harus mengampuni. Jika saya tidak memaafkan, saya bukan pengikut. Jika saya tidak berbuat baik, jika saya tidak berbagi, saya bukan pengikut, saya pembohong. Saya tidak boleh serakah.


Ceritakan lebih banyak tentang bagaimana Anda membantu orang-orang di acara Anda.

Acara saya pada dasarnya tentang apa yang saya lakukan  di kehidupan nyata. Sebelum pertunjukan, aku akan pergi ke sekolah untuk berbicara dan memberikan guru nomor telepon rumah saya sehingga mereka bisa menelepon dan saya bisa memeriksa dan bertanya bagaimana kabar anak-anak. Apakah mereka melakukan pekerjaan rumah mereka? Apakah mereka bertengkar dan berdebat dan hal-hal seperti itu? Apakah mereka membahas tentang beberapa hal yang saya bicarakan ketika sedang berada di sana? Saya harus menindaklanjuti hal-hal tersebut. Dengan orang-orang di acara itu, apakah itu melibatkan keluarga atau dealer mobil, saya memberi mereka semua nomor saya. Lalu aku menindaklanjuti dan bertanya perubahan apa yang telah mereka buat? Apakah mereka melakukan tugas mereka?

Jika saya membantu orang-orang di acara itu, dan hanya mendapatkan peringkat dan pergi tanpa memiliki hubungan pribadi denganmu atau menghubungimu setelah pertemuan itu, itu akan seperti saya memerkosa anda. Dan saya bukan tipe pria seperti itu.


Apa hal yang paling mengejutkan yang Anda pelajari sementara anda sudah berkeliling membantu orang dalam acara?


 Kadang-kadang, orang-orang hanya perlu sedikit dorongan, terkadang itu hanya berupa tepukan di punggung. Semua orang butuh itu, dan itulah yang saya coba bawa. Saya membawa kasih. Aku berkata, "Kau akan baik-baik saja, jangan menyerah." Hal-hal kecil seperti itu membuat perbedaan. Hanya saja seperti ibu saya berkata, "Sebuah kebaikan kecil memiliki perjalanan yang panjang."

Mengapa anda pikir lebih baik untuk menyayangi si bodoh daripada mencelanya?


 Aku senang kau mengungkit itu. Jika saya menyayangi seseorang, sebenarnya saya menunjukkan pengampunan. Ayub meminta kasih sayang. Jika Anda menyayangi seseorang, anda tidak akan merasa kasihan pada mereka, tapi anda akan memotong tali yang mengikat mereka. Jika kau ingin mencela seseorang, kau dapat melakukannya dengan kata-kata baik, kata-kata yang menyemangati, mengangkat mereka bukannya menghancurkan mereka. Menjadi positif dengan mereka, membiarkan mereka tahu kita punya waktu, kita tidak akan terburu-buru, kita akan menghabiskan waktu kita dengannya. Orang tidak bisa berubah dalam semalam. Saya mencoba untuk membuat mereka percaya pada diri mereka sendiri. Itulah kuncinya. Jika mereka tidak percaya pada diri sendiri, maka mereka akan menyerah. Aku mencoba untuk memberi mereka alasan untuk terus berjalan.

Siapa yang paling menginspirasi anda dalam hidup?


 Ibu saya dan Allah yang saya layani. Sebagai faktanya, saya selalu mengutip ucapan ibu saya tentang semua hal-hal kecil yang dia katakan. Jika saya harus menelepon ibuku hari ini, kami akan berbicara dan saya akan mengatakan kepadanya, "Oke Ma, aku mencintaimu. Aku akan menjumpaimu segera" Kemudian telepon akan tenang selama beberapa detik dan dia akan berkata,"Jangan lupa untuk berdoa". Dan saya memberitahukan kepada orang-orang bahwa sangatlah penting ia mengatakan hal itu kepadaku, karena saya bisa lupa, saya bisa tergelincir dan menjadi begitu sibuk dengan semua orang di sekitarku yang memanggilku dan membuat saya berpikir saya begitu hebat bahwa saya kehilangan waktu saya dan saya bisa lupa berdoa.Aku ingat ada sebuah puisi, aku lupa bagaimana kelanjutannya, tetapi pengarang puisi itu mengatakan harinya mulai memburuk, dan dia harus bekerja dan semuanya memburuk, dan dia berkata, "Aku lupa untuk berdoa." Dia mengatakan bahwa ketika dia berdoa, semuanya berjalan dengan baik, tapi ketika dia berhenti berdoa, neraka terbuka.

Ini seperti sebuah pesawat televisi. Jika Anda cabut, TV itu tidak akan menyala. Tetapi ketika Anda pasang, anda terhubung ke sumber daya-listrik. Ini berarti bahwa bukan TV-nya yang rusak-anda harus memasangnya, anda harus menghubungkan kembali. Itulah yang harus kita semua lakukan, berhubungan kembali. Kita, sebagai orang berdosa, terputus dari Allah. Setiap pagi ketika Anda bangun, ada tarik tambang, iblis ingin jiwamu dan Tuhan ingin jiwamu.


Ketika seorang anak Tuhan pulang, setan sedih, tetapi Allah bersukacita. Jadi ketika anak Allah memberi jiwanya kepada setan, Allah murka. Kita harus menjaga mata kita pada hadiah, setiap hari.

Kau mungkin tidak memiliki hal-hal yang kau inginkan, tetapi jika kau memeriksa dengan hati-hati, kau memiliki semua yang kau butuhkan.


Apakah sesuatu yang kita masing-masing dapat lakukan untuk membuat dunia sedikit lebih baik?


 Kita bisa bersikap baik kepada sesama kita. Kita bisa bersikap baik kepada anggota keluarga kita. Tapi pertama kita harus mencintai diri kita sendiri dan meminta pengampunan - karena kau tidak bisa mencintai seorang pun jika kau tidak mencintai diri sendiri. Anda tidak bisa memaafkan seseorang tanpa syarat jika Anda tidak dibersihkan dari dalam. Maafkan orang-orang yang kita cintai dan orang-orang yang berselisih dengan kita. Kita harus membuat hal-hal yang baik menular. Karena kita punya penyakit seksual yang menular, kita punyaEbola dan hal-hal lain yang menular. Jadi kita harus membuat Allah menular, Yesus menular. Membuat ucapan "terima kasih" menular. Sebuah hal kecil seperti itu akan membuat dunia lebih baik. 

Sumber : http://www.beliefnet.com